Menjadi Jurnalis Juga Sebuah Cita-Cita

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Kamis, 20 Okt 2016 11:03 WIB
Apa cita-citamu? Pernah bercita-cita jadi wartawan atau jurnalis?
Ilustrasi (Foto: Thinkstock/Mihajlo Maricic)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ini sekadar kisah semacam fiksi. Daku ingin ngobrol dengan kakak dan adik. Seumpama, suatu kali nanti dikau menjadi seorang jurnalis. Top kan? Begini ceritanya.

Ketika seorang jurnalis formal atau independent menemukan fakta layak menjadi berita seperti ranah fokus CNN Indonesia, tepat berada di titik api masalah. Wajib di kabarkan dari suatu tempat termuskil sekalipun hingga sampai ke ruang tanpa batas. Diperlukan sebuah keputusan cepat dan tepat. Seru kan.

Di titik api berita diperlukan kesadaran logis, kecepatan dan ketepatan. Agar sebuah berita dengan secepatnya sampai kepada publiknya.

Apapun situasi dan alat yang dikau bawa sebagai seorang jurnalis pada saat itu, semisal kamera, alat rekam, alat tulis, sebagai amunisi untuk ditembakkan tepat pada sasaran.

Seorang jurnalis mengatakan di titik kecepatan mengambil keputusan sebuah “berita”. Jika berita itu berpacu dengan melodi waktu.

Ketika sebuah peristiwa terjadi. Secepatnya teks atau photo, gambar, video segera diberitakan. Sesuai dengan waktu peristiwa terjadi dan alat yang dikau bawa saat itu.

Santai, peka, tetap waspada dan senantiasa terjaga. Mengapa? Sebuah berita bisa datang di mana saja, kapan saja, di waktu dikau sedang lengah sekalipun.

Oleh karena itu, mungkin saja yang akan dikau beritakan dengan situasi cepatnya semacam itu. Semisal dikau mendahulukan teks saja atau fotonya saja atau gambar videonya terlebih dahulu. Oke banget.

Terpenting kirim dulu apapun data itu untuk segera menjadi berita, setelah yakin dengan akurasi tinggi menuju target info segara beritakan kepada publik, di ranah fokus informasi cepat di waktu tepat.

Langkah berikutnya setelah teks menjadi “News”. Lanjutkan, semisal foto, video atau gambar skema peristiwa dapat menyusul. Juga di waktu secepat-cepatnya.

Etika sebuah berita berada di kecepatan, ketepatan, dengan akurasi tajam mengulas teguh pada moral, tak goyah oleh godaan apapun itu, berita tetap dietika bahasa jurnalis.

Masih ingat kisah Malala Yousafzai, seorang aktivis muda berumur 14 tahun, memperjuangkan hak wanita di negaranya Pakistan, untuk berpendidikan, lalu pada 9/10/2012 diserang grup militan Pakistan, Taliban. Sangat cepat dan tepat menjadi top news to the world. Dahsyat kan.

Malala Yousafzai, pada 16/10/2012, seminggu kemudian dibawa ke Inggris, dirawat di Rumah Sakit Queen Elizabeth yang terletak di Birmingham, Inggris.

Seiring waktu berjalan Malala Yousafzai, sehat kembali. Menjadi duta untuk pendidikan global dikukuhkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk pendidikan anak-anak sedunia tanpa kecuali. Berkat semangatnya ingin terus belajar dan berjuang untuk negaranya.

Jadi ingat perjuangan Ibu Kartini ya. Pejuang kesetaraan bagi perempuan Indonesia. Kini beliau pun menjadi salah satu ikon penting keteladanan bagi perempuan Indonesia.

Begitu ceritanya. Semoga kakak dan adik ada yang tertarik menjadi jurnalis kelak. Bisa bertemu dengan kepala negara dari benua lain atau bisa melihat sebuah peristiwa sebagai sebuah pelajaran.

Apapun sebuah cita-cita untuk kebaikan di kebenaran kemuliaan berkat Ilahi. Membaca terus, belajar terus untuk dikau sobatku di mana pun berada. Tetap fokus, berfikir positif menghargai sesama. Salam Indonesia Cerdas. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER