Cerita Pendek: Bunga Story 1

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Selasa, 22 Nov 2016 10:36 WIB
Tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah benda kecil bernama lipstick. Loh, ini lipstick siapa Yah?
Foto: aleksandra85foto/Pixabay
Jakarta, CNN Indonesia -- “Kriinggg, krriiiinggg, kriiiinggg!!!”

Pagi itu alarmku sudah berbunyi. Aku pun lekas melakukan rutinitasku sebagai seorang Muslim, yaitu melaksanakan salat subuh. Tapi ada yang berbeda dengan pagi ini, semua orang seperti tertelan bumi. Tak ada seorang pun yang kulihat pagi ini, padahal jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Sampai pada akhirnya aku melihat seseorang yang amat kuhormati dan kucintai, dia adalah Ayahku.

“Yah, pada ke mana nih orang-orang. Kok sepi banget rumahnya?”
“Loh, kamu gak tau ya? Semalem itu Abangmu Anton masuk rumah sakit.”
“Hahhh, iyatahh? Kok bisa Yah?" tanyaku penuh penasaran.
“Iya, semalem Abangmu itu makan malemnya telat terus dia malah makan pake nasi uduk. Kumatlah maagnya, udah sana mandi ntar telat loh ke sekolahnya.”

Malas sekali untuk bersekolah hari ini. Pagi-pagi biasanya boncengan sama bang Anton menuju sekolah, tapi pagi ini malah boncengan sama tukang ojek. Tak ku sangka Abangku yang selalu sehat dan selalu membuatku tertawa itu bisa sakit juga.

“ Heh, Bunga, pagi-pagi kok ngelamun sih.” kata dewi sahabat dekatku.
“ Eh, elo Dew, ngagetin gua aja.” Jawabku dengan jutek.
“ Ada masalah apa sih lo. Pagi-pagi geh sendirian di pojokan kelas.”
“ Hmmmm, sini geh.”

Aku menceritakannya pada Dewi, sahabat sekaligus teman sebangkuku. Dan Ia berusaha membuat agar aku semangat belajar hari ini dengan lelucon-leluconnya. Yup, dia berhasil sampai-sampai tak terasa bel pulang sekolah sudah berbunyi.

Siang itu aku dijemput Ayahku dengan mobil Alphardnya. Tak sabar rasanya untuk melihat keadaan Abang Anton di rumah sakit. Di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit aku dan Ayah mengobrol banyak tentang penyakit maag. Penyakit yang timbul karena hal sepele, namun sakitnya minta ampun.

Tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah benda kecil bernama lipstick.
“Loh, ini lipstick siapa Yah?” tanyaku mengagetkannya.
“Eeeeee, anu punya Ibumu lah, masa punyamu,” jawab Ayah.
“ Hah? Ibu mah make lipstick merah Yah, bukan lipstick pink begini?!” kataku mulai curiga.

Dia pun diam sesaat dan berbicara lagi tapi bukan membahas tentang lipstick itu. Dia terlihat seperti mengalihkan perhatianku dari benda kecil itu.
“Apa mungkin ada seorang wanita yang telah duduk di mobil Ayahku ini?! Entahlah tapi aku akan mencari tahu tentang ini.” kataku dalam hati.

Sesampainya di ruang Bang Anton. Aku langsung bertemu dengan Ibuku yang dari tadi malam menunggui Bang Anton. Di sana aku dinasehati Bang Anton agar aku menjaga pola makanku sehingga tidak terkena maag seperti dia. Tak terasa jam besuk sudah berakhir. Aku dan Ayah segera meninggalkan rumah sakit.

Pada malam hari, sesudah magrib Ayah izin pergi.

“Bung, Ayah pergi dulu ya.”
“Loh, mau kemana Yah?”
“Mmm, mmau beliin nasi padang buat Ibumu,” jawab Ayah terbata-bata.

Di sini aku mulai curiga, setahuku Ibu tidak menyukai nasi padang. Kenapa sifat Ayah hari ini sangat aneh. Apakah ini ada kaitannya dengan lipstick yang kutemui di mobilnya tadi siang. Untuk menjawab semua rasa penasaranku. Aku diam-diam mengikuti Ayah. Aku membuntutinya, ternyata benar Ayah pergi bukan untuk membeli nasi padang buat Ibu. Tetapi Ia pergi menjemput seorang wanita di perumahan XXXXXXX.

Aku sangat kaget, betapa teganya Ayah mengkhianati Ibu. Ditambah lagi di suasana bang Anton yang sedang sakit, Ia malah mencuri-curi waktu untuk berselingkuh. Ingin rasanya aku memukul, memaki, dan memarahinya.

Namun semua itu aku tahan. Aku terus membuntuti mobil itu. Sampai pada akhirnya aku tidak tahan lagi, ketika mobil itu berhenti di daerah yang sepi. Aku cepat-cepat turun dari motorku dan mengedor-gedor pintu mobil Ayah. Merasa kesenangannya terganggu Ayah keluar dari mobiil dengan marahnya, namun betapa kagetnya dia. Ketika Ia mengetahui yang menggedor itu adalah aku.

“Bbbbbbunga, kkkeenapa kau di sini?’
“Teganya kau Ayah!!” *Plakkk* tanganku menampar dirinya dengan sekuat-kuatnya.

Setelah itu, Aku langsung menuju motorku, meninggalkan Ayah yang berteriak-teriak.

“Bungaaaaa, tunggu! Dengarkan penjelasanku dulu. Bungaaa!!”

Aku tidak menghiraukannyya. Aku tetap melaju dengan sekencang-kencangnya. Tak terasa air mataku mulai mengalir. Aku melaju bertambah cepat seiring bertambah banyak air mataku yang mengalir.

“Apa yang harus kulakukan, Aku harus kemana, Haruskah aku memberitahu semua ini kepada Ibu???” (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER