Jakarta, CNN Indonesia -- Berjalan menuju ruang vertikal, diagonal dan horizontal. Mencoba mencari awal dari sumber imajinasi. Tak pernah ditemukan hakikatnya jika logika tidak memberi ruang pada esensi. Perjalanan tanpa batas tak akan menemukan apapun meski kaidah sudah ditulis di hukum-hukum.
Bahwa ada pintu alam raya itu benar adanya akibat penelitian imajinatif meruang intelegensia di khazanah luasnya ilmu ruang alfa, beta, gamma di lingkar quantum. Meski sesungguhnya keberadaan itu telah ada di sel otak manusia. Keilmuan sebuah celah jawaban rumusan-rumusan inti awalnya.
Analisis, hipotesis argumentatif di kembangkan menjadi perdebatan antar genesis. Saling membutuhkan, saling memudarkan, saling membutakan menjadi asumi abstraksi-abstraksi. Keseimbangan di ranah fokus jawaban-jawaban teori alternatif, menalarkan sistem logika peradaban antar budaya. Salah dan benar menjadi kalkulasi pencarian.
Tujuan hakikat mendudukan keberadaan perasaan non-logis atau sebaliknya. Matter menjadi non pada analisis metafisis tak terjawab sebab tak terhingga, abstraksi bermain pada dugaan seperti dituliskan perasaan dengan logika muskil, menuju temuan kaidah universal tentang cinta.
Rumusan menemukan pasangan. Konflik menjadi bangunan materi. Tujuan menjadi abstraksi. Keterbalikan menjadi jungkir balik, maka cinta gila bermoral gila cinta atau sebaliknya, mungkin. Adab menjadi kebutuhan adaptif keindahan panorama. Rembulan dan bunga menjadi bahasa cinta sajak-sajak.
Kisah-kisah ditulis, mata saling menatap. Dari mata turun ke hati. Dari hati menjadi konflik, menjadi loving you, menjadi amarah di merahkan, di sepiakan, di jinggakan antara kelabu dan rabun senja menjadi tujuan merebut kepentingan. Terbang menjadi kunang-kunang.
Burung-burung. Hutan-hutan. Lautan. Awan-awan. Horizon menangis antara senyum dan tawa ambang. Hak tergadai dan tidak. Keindahan, kebencian tak sirna, cinta ada di antara dua hati. Meski, keadilan menjadi wasit moral-moral. Cinta tetap menjadi misteri antar waktu. Salam Indonesia Unit.
(ded/ded)