Jakarta, CNN Indonesia -- Di era digital ini, sebagian besar masyarakat khususnya yang tinggal di perkotaan padat penduduk seperti Jakarta tentunya menginginkan semua hal serba instan, termasuk transportasi. Kemacetan yang kerap melanda ibu kota tentu sudah menjadi rutinitas sehari-hari.
Sekalipun pemerintah terus berupaya, perbaikan wajah transportasi ibu kota tentunya bukan persoalan yang mudah. Keinginan masyarakat untuk memperoleh segala sesuatu yang instan termasuk transportasi mulai terwujud.
Seiring dengan hadirnya layanan ojek online yang sedikit membantu masyarakat di perkotaan untuk memangkas waktu dan biaya, meskipun di awal kehadirannya menimbulkan banyak kontroversi. Tapi tidak sedikit masyarakat mulai menerimanya seiring dengan perkembangan teknologi, masyarakat pun harus pintar memanfaatkannya. Selain mudah dan cepat, ojek online juga banyak dilirik karena harganya yang sangat terjangkau.
Kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik oleh Setya Widjojo (40) untuk menjadi salah satu driver ojek online itu. Pria humoris sebetulnya mempunyai usaha percetakan di daerah Jakarta.
Tapi, “Tuntutan ekonomi yang semakin tinggi, dan perkembangan zaman yang semakin pesat harus kita manfaatkan sebaik mungkin untuk menyambung hidup,” ujar Setya.
Pria yang tinggal di Jakarta Timur ini sudah menjadi driver ojek online di Grab selama kurang lebih 6 bulan. Namun patut ditiru, di sela kesibukannya melakukan antar-jemput penumpang ia selalu menjalankan kewajibannya sebagai ayah, yaitu terlebih dahulu mengantarkan anaknya sekolah.
“Tentunya tak lupa keluarga tetap menjadi prioritas utama saya,” ujarnya.
Bekerja menjadi driver ojek online, memang tidak akan sepenuhnya menjamin kehidupannya. Pria lulusan D3 Akuntansi dari salah satu universitas swasta di Jakarta ini tetap mengandalkan usaha percetakan yang ia dirikan bersama temannya sejak beberapa tahun lalu.
Agar jasanya disenangi banyak orang, ia mempunyai trik sendiri. Selain sepeda motor yang menjadi senjata utamanya. Penampilan pun selalu ia perhatikan secara detail. Dia rela menyisihkan uang makannya hanya untuk membeli sebotol parfum. Semua itu ia lakukan agar penumpangnya merasa nyaman dan aman saat menggunakan jasanya.
Dalam pekerjaannya ini tentunya ada suka dan duka. Saat ditanya soal itu, pria yang mudah akrab dengan orang lain ini langsung tertawa.
Salah satu pengalaman yang lucu, kata dia, adalah saat mendapat order dari salah satu siswi sekolah menengah atas (SMA) di daerah Jakarta pusat. Kebetulan saat itu sedang booming permainan Pokemon Go.
Di tengah perjalanan tiba-tiba saja penumpang itu menyuruh pak Setya berhenti. “Berhenti pak, berhenti, nah saya dapet Pokemonnya pak,” ujar penumpang itu sambil tersenyum.
Tentunya bukan hanya hal menggelitik saja yang pernah ia alami, ada juga kejadian yang membuat hatinya tersentuh. Tak sedikit penumpang yang sering bercerita tentang masalah hidupnya. “Saya sih simpel aja, cukup kita diam, dengarkan dan coba beri motivasi,” katanya.
Ada satu cerita lagi. Saat itu ada salah satu penumpangnya, yang akan melakukan interview di suatu perusahaan di daerah Jakarta Barat. Dia diminta menunggu sebab si penumpang tak tahu jalan pulang menuju rumahnya. Karena merasa kasihan akhirnya pak Setya memutuskan menunggu.
Lama menunggu, pak Setya pun mulai bertanya kepada salah satu satpam di perusahaan itu. “Pak maaf kalo yang iterview di sini kira-kira keluar jam berapa ya? Soalnya saya mau jemput anak saya dulu,” ujar pak Setya kepada satpam itu.
“Kalau interview sih biasanya bisa berjam-jam pak,” ujar satpam itu.
Akhirnya pak setya pun mulai menghubungi penumpangnya dan mengirim pesan singkat. Setelah beberapa jam menunggu lalu ia pun pergi karena akan menjemput anaknya pulang sekolah.
Beberapa hari kemudian penumpang yang belum membayar jasanya itu mengirim pesan via Whatsapp. “Pak ini saya penumpang yang kemarin bapak antar interview, maaf ya pak saya tidak mengabari bapak soalnya hp saya mati, saya minta no rekening bapak saja nanti saya transfer ongkos ojeknya,” ujar penumpang itu.
Pak Setya pun memberikan nomor rekeningnya. Pada 2 hari kemudiaan ia menerima transferan yang 2 kali lipat nominalnya dibandingkan ongkos ojeknya saat itu. Tak lama kemudian penumpangnya pun kembali mengirim pesan kepada pak Setya. “Pak uangnya sudah saya transfer, lebihnya ambil saja buat bapak sebagai permintaan maaf saya kepada bapak, terimakasih ya pak.”
Meski sering mendapatkan hal-hal seperti ini, ia tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya ini. Dia selalu profesional dan ikhlas dalam bekerja. “Sekalipun saya cuman tukang ojek, profesional itu ya harus,” ucapnya sambil tersenyum.
Setiap sesuatu yang dioperasikan oleh manusia tentunya selalu ada kekurangannya. Sama halnya seperti aplikasi ojek online ini yang memang dibuat dan dioperasikan oleh manusia. “Tolong dipermudah untuk titik penjemputan dan penghantaran agar tidak melenceng jauh, dan kalo bisa penumpang fiktif di-
blacklist saja,” katanya.
(ded/ded)