Jakarta, CNN Indonesia -- “Awalnya cita-citaku dari kecil sampai sekarang jadi seniman lukis tapi kata orang tua menjadi seniman itu tidak seenak yang di bayanganku,” ujar Alya, mahasiswa Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Katholik Parahyangan.
Alya meraih juara pertama kontes pemilihan Wajah Majalah Femina 2014. Dalam kesehariannya, Alya benar-benar tak ingin menghabiskan waktunya dengan sia-sia.
Hampir tak ada waktu kosong pada tiap harinya. Kesibukan dengan sejumlah kegiatan padat sudah menjadi teman sehari-hari. Apabila ia punya waktu luang, ia akan mencari kertas dan pensil untuk menggambar. Hingga saat ini, ia mengakui bahwa tidak bisa berhenti menggambar.
Alya diperkenalkan dengan kertas dan pensil sejak kecil oleh ibunya. Waktu TK, Ia sudah tertarik dengan peralatan gambar.
Selain itu, ketika ia rewel saat jalan bersama orang tuanya, ia langsung diberi kertas dan alat gambar biar diam. Kemudian, Alya mengenal manga dan grafiti ketika beranjak duduk di sekolah dasar. Lalu, ia mulai tertarik kepada film-film anime, seperti Naruto. Ia pun sempat mengikuti les manga tapi ternyata feel-nya agak kurang dan akhirnya ia memutuskan untuk tidak melanjutkan.
Saat TK, Alya sudah mulai suka menulis. Pada saat duduk di SMP dia menyukai tari dan SMA dia kemudian memilih modern dance. Ia pun menyukai musik. Waktu SMP, ia menyukai Taylor Swift dan suka melihatnya membuat lirik lagu sendiri.
Masih kurang puas dengan keingintahuannya, Alya pun belajar modelling. Intinya, Alya mencoba semua hal di bidang seni. “Iseng-iseng ikut temen kelas modelling. Dari satu angkatan hanya aku yang dipilih untuk lanjut ke tahap kelas modelling selanjutnya di Jakarta,” kata Alya.
Wanita berusia 20 tahun ini mempunyai sifat yang tidak bisa diam atau nganggur sama sekali. Rasa keingintahuannya yang sangat besar membuatnya aktif diberbagai kegiatan akademik maupun non akademik.
Sejumlah prestasi atau pengalaman yang ia peroleh pun cukup membanggakan. Apalagi, pengalaman atau penghargaannya bertaraf nasional dan internasional, seperti UNPAR’s Most Outstanding Student 2016, Google Indonesia’s Inspiring Women for International Women’s Day 2016, partisipan International New York Times Writing Competition 2016 di Hong Kong, degelasi UNPAR ke Harvard National MUN 2016, Boston, juara pertama Photo Essay Competition saat Dies Natalis FISIP 2015, Best Spokeperson dan Presenter di 15th MIYD Declaration di Melaka International Youth Dialogue 2015; Youth and Armed Conflict King’s Green Hotel, Malaysia, posisi kedua di ajang UPH Call for Paper “Menuju ASEAN Community: Upaya Indonesia Menjamin Kesejahteraan Warga Negara Asing dan Hak Kaum Minoritas”, lalu meraih One of UNPAR’s Most Outstanding Student 2015, dan Best Delegation pada Jakarta MUN 2014.
Pengalaman dalam bidang non akademiknya juga tak kalah dibanding dengan akademiknya. Ia merupakan pemenang Wajah Femina 2014. Awalnya, ia tidak menyangka akan memenangkan kompetisi tersebut karena ia merasa masih banyak yang lebih bayak pengalamannya.
“Selama aku di karantina aku benar-benar tidak serius. Aku juga mengamati banyak finalis lain yang memiiki pengalaman lebih jauh banyak ketimbang aku,” ujar Alya sambil tertawa.
Berbagai pengalaman dalam bidang kesenian pun cukup banyak. Ia pernah mengikuti Kompetisi Karikatur di Malang 2013; Freedom festival, FIGHTbdg Organization Bandung 2013; Paint Your Atmosphere, 6th Music Gallery Jakarta 2016; Demosnesia Unpar Bandung 2016; dan Cup Drawing Throwdown, Coffee Cult Bandung 2016.
Pengalaman-pengalaman yang telah ia dapatkan di bidang seni membuatnya semakin mencitai seni. Ia juga menjadi salah satu pencetus Dermaga Sastra di Unpar. Hal tersebut karena ia mempunyai rasa kegelisahan mencari wadah untuk berkarya dan belajar mengenai sastra.
Awan, merupakan salah satu teman akrab sekaligus teman pencetus Dermaga Sastra, mengatakan Alya mempunyai sifat unik yang membuat teman-temannya nyaman berteman dengannya. ”Hal yang unik dari Alya adalah meledak-ledak, riang gembira banget dan senyumnya yang sumringah. Ada lagi, Alya adalah tipe hardworker. Artinya, Alya bisa mengerjakan semua hal yang ia ikuti,” ujar Awan.
Akan tetapi, kepribadian hardworker-nya Alya, menurut Awan menjadi hal yang agak negatif untuk Alyanya sendiri. Awan berkata, Alya harus memilih mana yang penting untuk dirinya walaupun Alya tetap menganggap semuanya penting. Atas sifatnya tersebut, ia sering kecapekan dan gampang sakit.
Penulis? Pelukis? atau Modelling?
Ketika Alya harus memilih antara melukis, menulis atau model, jawabannya setia sejak kecil yaitu melukis. Ia tetap memilih melukis karena terbiasa melukis sejak kecil.
Baginya, melukis adalah sesuatu yang spontanitas yang mengalir dalam hidupnya. Melukis adalah kesukaan yang ia gemari secara langsung tanpa harus dipelajari seperti modelling. Ia bisa disuruh melukis secara spontas dan ia nggak akan berhenti selama berjam-jam.
“Aku suka dia melukis karena waktu melukis, dia something i don’t understand dan bikin aku bertanya-tanya,” ujar Awan sambil tertawa dengan penuh makna.
Leonardo da Vinci dan Monalisa menjadi inspirator Alya dalam melukis. Ia mengetahui Leonardo da Vinci dan mencari-cari biografi. Alya berkata bahwa Leonardo tak hanya seorang seniman tapi juga ilmuan, desainer, musisi dan arsitek juga.
Lain halnya dalam dunia modelling, Alya menyukai role model, seperti Victoria Secret’s Model, Candice Swanepoel dari South Africa Chanel Iman dan Coco Rocha. Hal tersebut karena menurut ia, role model yang ia sukai mempunyai badan yang fit, sehat, bagus serta olahraga yang teratur.
Hobi melukis yang ia tekuni sejak kecil pun banyak memberikan efek positif bagi dirinya. Alya sempat beberapa kali menerima pesanan dari teman-temannya untuk melukis sesuai permintaan mereka.
Selain itu, ia juga sempat menerima tawaran untuk membuat sebuah desain logo suatu komunitas. Tidak berhenti di sana, Alya juga terlibat dalam kegiatan Charity Fundraising untuk Desa Tsum di Nepal sekaligus memperingati satu tahun gempa Nepal. Alya menyumbangkan buku dongeng hasil karyanya sendiri untuk dijual secara online untuk penggalangan dana. Ia membantu dalam bagian desain
goodie bag, bikin buku dongeng yang berjudul “Kabayan” dan lukisan-lukisan yang dapat dipesan secara online melalui akun media sosial Instagram.
Dari semua kegiatan seni yang ia sukai, ia masih mempunyai satu fokus dalam hidupnya yaitu pendidikannya. Sesibuk apapun kegiatan seni yang ia punya, tidak boleh mengganggu stabilitas kuliahnya. “Fokus aku ya cuma satu yaitu perkuliahan tapi di luar itu, kembangin semua hal yang aku bisa sampai berbunga-bunga. Setelah itu fokusin di satu hal saja,” ujar Alya dengan tegas.
Hal tersebut terbukti pada saat masa di mana ia sedang dikarantina. Ia mengalami masa kebimbangan karena bertetapan dengan menjelang ujian akhir semester. Jadi, Ia kehilangan satu minggu untuk persiapan ujian akhir. Akan tetapi, ia menyiasati dengan membawa laptop pada saat masa karantina. Tiga malam berturut-turut ia mengerjakan tugas akhir kuliahnya setelah semua aktivitas di karantina sudah selesai.
Efeknya pun H-1 malam final, ia terkena demam tinggi akibat kelelahan karena harus bergadang demi mengerjakan tugas. Ia tetap komitmen dengan prioritas akademiknya. Ia tak mau meninggalkan perihal kampus hanya karena ikut pemilihan ini.
Alya ada rencana untuk ikut Miss Indonesia 2017. Akan tetapi, niatnya pun terhalang karena ia ditunjuk sebagai ketua delegasi mewakili Indonesia. “Mungkin mudah-mudahan ajang Miss Indonesia 2018 tidak ada yang menghalangi lagi,” ujarnya dengan tatapan tajam seolah ingin menangkap suatu hal di depannya.
Menurut Alya, Dunia modelling di Indonesia itu sudah bagus apalagi desainer Indonesia sudah banyak yang bisa menembus dunia internasional. Fashion blogger Indonesia pun juga sudah mulai berkembang dan memberikan kontribusi dalam dunia model.
Model menurutnya secara umum adalah tanggung jawabnya sebagai kanvas untuk merealisasikan inspirasi dari fotografer ataupun desainer. Artinya, model harus fleksibel dan disiplin dalam kehidupannya. Ia juga mengatakan bahwa untuk menjadi seorang model itu tidak harus cantik. Baginya, jika seseorang memiliki photogenic atau memiliki hal unik ketika di foto maka seseorang itu bisa menjadi seorang model.
Definisi cantik baginya pun adalah suatu hal yang membuat nyaman, sehat dan percaya diri. Percaya diri sangat dibutuhkan untuk menjadi seorang model ketika melakukan pose. Jika seorang model tidak percaya diri di depan kamera maka hal tersebut akan berpengaruh dalam ekspresi yang ditangkap oleh kamera sang fotografer.
“Aku langsung mau lanjut S2 di luar negeri,” kata Alya ketika ditanya masalah akademiknya. Alya tidak tertarik untuk menjadi duta besar atau hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan. Walaupun ia harus menjadi pengajar, justru ia lebih merasa nyaman ketika disuruh mengajar. Hal tersebut karena ia sudah terbiasa menjadi
coach dalam sebuah perusahaan dari seorang motivator asal Singapura. Pada saat menjadi
coach, ia banyak memberikan materi, seperti
life skill, study skill, relationship skill dan lain-lain.
“Jadi, sampai saat ini kuliah tetap jadi prioritas utama tapi hal lain seperti modelling atau melukis masih tetap berjalan seiring dengan waktunya dimana aku masih mencari jati diriku yang sesungguhnya,” kata alya dengan semangat.
(ded/ded)