Jakarta, CNN Indonesia -- Manusia boleh bermimpi setinggi langit, namun tidak boleh lupa bahwa kedua kaki kita masih berpijak di bumi. Karena kita hanya bisa berencana dan Tuhanlah yang menentukan. Hidup memang butuh perjuangan, keringat dan juga air mata. Selalu ada banyak hal yang membuat seseorang rela meninggalkan sesuatu yang telah diperjuangkan demi seseorang yang dicintainya. Keadaan ini membuat kita selalu yakin bahwa Tuhan telah menuliskan skenario yang lebih indah nanti.
Luthfi, gadis berhijab yang bertempat lahir Jakarta, 05 Nopember 1995 ini mengaku sangat berat hati karena harus merelakan cita-citanya terhambat karena sosok ibu yang sangat ia cintai mendadak jatuh sakit dan terkena serangan stroke kali kedua saat dirinya telah diterima untuk melanjutkan studi di Negeri Dua Benua, Turki.
Bukan perjuangan yang biasa bukan? Wanita bernama lengkap Luthfiana Ulfah ini telah menjalani masa belajar 6 tahun di Pondok Pesantren At-Taqwa Putri Bekasi, bermukim dan belajar ilmu agama sangat perlu diakui sebagai perjuangan luar biasa karena tidak sedikit prestasi yang diraih wanita berhijab ini. Nama Luthfiana Ulfah juga tidaklah asing di telinga para guru-guru dan teman-temannya di sekolah.
Santri periang ini juga dikenal teman-temannya sebagai santri yang aktif, cerdas dan kreatif. Keisengan yang biasa dilakukannya adalah mencoret-coret buku tulis dengan menggambar dan berimajinasi. Tidak sedikit teman-temannya mengakui bahwa ia berbakat dalam seni melukis.
Selama 6 tahun bermukim di Pondok Pesantren At-Taqwa Putri Bekasi, santri yang jago melukis ini rupanya mempunyai keinginan besar yaitu bisa melanjutkan studinya di Turki dengan jalur beasiswa. Berkat doa, ketekunan dan kegigihan dalam belajar karena ingin meraih cita-citanya Luthfi pun mencoba mengikuti program tes Tahfidz Qur’an yang pada saat itu diadakan oleh menteri agama di Sulaimaniyyah.
Selain negeri yang kaya akan sejarah, wanita berhijab ini berpendapat tentang pilihannya memilih negara tersebut karena saat itu Turki adalah negara yang maju dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, kaya akan sejarah dan budaya.
Selang beberapa waktu kabar yang paling ditunggu-tunggu oleh wanita berhijab ini akhirnya tiba. Pengumuman hasil tes Tahfidz Qur’an untuk program beasiswa belajar di Turki memutuskan namanya telah lulus dan diterima di salah satu perguruan tinggi di negeri itu.
Rasa syukur yang dirasakan Luthfi amat mendalam karena perjuangannya tidak sia-sia. Namun sayang seribu sayang saat itu kabar gembira datang bersamaan dengan duka. Ibu dari santri periang ini mendadak jatuh sakit dan terkena serangan stroke kali kedua. Keadaan ini membuat Luthfi merasa bingung dan gelisah, karena keputusan apa yang akan diambilnya. Wanita berhijab ini tidak mungkin meninggalkan sang ibu yang sangat ia cintai itu sekalipun untuk menuntut ilmu.
Nama adalah sebuah doa, harapan dan cita-cita. Luthfiana Ulfah, nama indah yang diberikan oleh sang ibu bermakna wanita yang lembut dan bersahabat. Luthfiana Ulfah kini tinggal di Ujung Harapan, Bekasi Utara.
Uniknya kedua orangtua Luthfi berasal dari suku yang berbeda, ibunya dari suku Jawa dan ayahnya dari suku Sunda. Konon katanya, menurut kepercayaan orang dahulu bahwa orang yang berasal dari suku Sunda tidak boleh menikah dengan orang yang berasal dari suku Jawa. “Ya namanya juga jodoh,” jelasnya.
Santri periang ini rupanya berstatus sebagai pendatang karena dirinya lahir di Jakarta dan pindah ke Bekasi pada usia 7 tahun. Selain itu, Luthfi juga anak bungsu dari 4 bersaudara. Dan kabarnya ketiga kakak-kakaknya kini telah berkeluarga. “Hanya saya yang masih single,” ungkapnya malu-malu.
Luthfiana Ulfah terlahir dari keluarga yang sederhana. Ibunya berprofesi sebagai ibu rumahtangga dan ayahnya seorang karyawan di perusahaan bus yang kini kabarnya beliau telah pensiun.
Setelah menimbang-nimbang keputusan, Luthfi akhirnya memutuskan untuk menggugurkan niatnya menuntut ilmu di luar negeri. Sebab Luthfi merasa bahwa ia akan membutuhkan banyak biaya jika tetap memutuskan kuliah di sana. Sedangkan keadaan ibunya saat itu sangat memerlukan banyak biaya pengobatan.
Meskipun Luthfi telah menggugurkan keinginan besarnya, akan tetapi ia tidak berputus asa untuk terus belajar dan memenuhi keinginan kedua orangtuanya sebab semua hal yang ia lakukan adalah demi sang ibu seorang.
Bagi Luthfi, sosok ibu adalah sosok yang paling berjasa dalam kehidupannya. "Sebab ibu tidak hanya melahirkan dan membesarkan saya, namun ibu juga sosok yang mendidik saya dengan segenap kasih sayang dan selalu memotivasi saya untuk bisa menjadi pribadi yang semakin lebih baik dari waktu ke waktu. Ibu segalanya, kasih ibu sepanjang masa,” begitu katanya.
Setelah lulus dari pondok pesantren, Luthfi memutuskan melanjutkan studinya di STAI At-Taqwa Bekasi yang masih satu yayasan dengan pondok pesantrennya. Di sana Luthfi mengambil Program Studi Pendidikan Agama Islam karena di sekolahnya Luthfi mengambil jurusan MAK yaitu Madrasah Aliyah Keagamaan, yang notabene disibukkan dengan pelajaran Agama dan Bahasa Arab yang mendalam. Akhirnya ia memilih program studi PAI agar lebih memperdalam ilmunya dan basis keagamaan yang sudah ada.
Memilih program studi PAI adalah pilihan ketiga Luthfi setelah keinginan pertamanya melanjutkan studi di luar negeri, ia juga pernah mempunyai keinginan mengambil program studi sastra Inggris karena selain prestasinya yang bagus di bidang tersebut. Ia juga menyukai bahasa inggris.
Namun sayang, kedua orangtuanya tidak mengizinkan ia untuk mengambil prodi tersebut. "Jika saya memilih pergi ke luar negeri ataupun mengambil program studi sastra Inggris tetapi ibu saya tidak meridhoinya maka ilmu saya tidak akan bermanfaat, sesukses apapun saya nantinya,” ujarnya tegas.
Pada tahun 2014 tepatnya setelah Luthfi lulus dari pondok pesantren bersamaan dengan beberapa prestasi yang diraihnya, ia mulai memanfaatkan ilmu dengan mengajar les private bahasa inggris di tingkat SMP. Meskipun belum lama lulus dari sekolah, bakatnya dalam berbahasa inggris sedikit membantu biaya pengobatan sang ibu yang tidak sedikit.
Wanita yang kini berusia 21 tahun ini ternyata mempunyai hobi traveling, menyukai tempat yang indah dan bersejarah. Bahkan sampai saat ini ada beberapa tempat yang ingin sekali ia datangi seperti Singapura dan Raja Ampat Papua. “Kalau ke singapura, saya ingin menguji kemampuan saya dalam berbahasa. Dan kalau ke Raja Ampat Papua, saya hanya ingin bertadabbur dan menikmati keindahan alamnya,” ujarnya.
Menjemput takdir Tuhan yang lebih indah. Dalam keyakinannya ia percaya bahwa Tuhan pasti akan menggantikan perjuangan hambaNya dengan rencana-rencana-Nya yang indah. Seiring waktu berjalan kini keadaan ibu dari wanita berhijab ini semakin membaik dan lebih baik dari sebelumnya.
Banyak hal yang tidak diduga dalam kehidupan Luthfi. Setelah mengikhlaskan dengan tanpa penyesalan, kabarnya kini Luthfi telah menjadi wanita yang aktif di masyarakat, dan telah mengajar di beberapa sekolah seperti: SMKIT At-Taqwa 9 Bekasi, dengan mata pelajaran English Club Trainer, Bahasa Inggris & Program Pengembangan Komunikasi Bahasa Inggris, juga sebagai kepala TU Keuangan; Quantum Student (Lembaga Bimbel) dengan Bahasa Inggris tingkat SD-SMP; Pondok pesantren At-Taqwa Putri, dengan kursus Bahasa Inggris tingkat MTs.
Dan kisah ini mengingatkan kita bahwa hidup adalah tentang apa yang kita syukuri, bukan apa yang kita sesali.