Jakarta, CNN Indonesia -- Sungguh berdetak kencang jantung saya ketika berbicara tentang manusia-manusia baru yang disebut mahasiswa pada zaman sekarang. Apalagi berbicara tentang kehidupan zaman sekarang yang semakin tidak bebas, apakah kita mengalami krisis kebebasan?
Semua mahasiswa bergerak dengan politik identitas. Kita tidak bebas bilamana kita bergerak dengan politik identitas, dan identitas selalu mencari relasi-relasi dengan identitas yang sama, dan identitas itu selalu berhubungan dengan identitas keagamaan.
Mahasiswa seharusnya menjadi manusia yang bebas. Mahasiswa haruslah mempunyai keinginan hendak “jujur” sebagai warga kemanusiaan. Kita harus disejajarkan dengan para sastrawan yang mempunyai tempat di luar sistem. Kita haruslah bertelanjang demi kejujuran. Sungguh masih sangat relevan di masyarakat kita terutama di Jakarta tentang kisah yang ditulis Soe Hok Gie pada bukunya Catatan Seorang Demonstran.
“Ketika Gie bertemu dengan orang yang timbang tampangnya bukan pengemis. Namunlah dia kelaparan. Dan demi menutup kelaparannya dia memakan bekas kulit mangga. Ia tidak kuat melihatnya kemudian Gie memberi uang kepadanya padahal uang itu adalah uang yang terakhir dimilikinya. Pengalaman tersebut memang biasa tapi yang tidak biasa adalah ia menemukannya tidak jauh dari istana kepresidenan.”
Seharusnya mahasiswa bergerak atas dasar hati nurani kemasyarakatan yang timbul dari kepekaan zamannya. Saya rasa yang mereka perjuangkan adalah keliru, seperi kita meperdebatkan fiksi dan realitas, mereka terjebak dalam fiksi dan tidak melihat realitasnya. Orang yang sedang berkuasa sekarang adalah orang-orang yang dibesarkan dalam masa orde baru yang kita tahu masa itu adalah masa yang otoriter, anti kritik. Dengan cara yang seperti ini saya rasa kita sebagai generasi penerus di masa mendatang akan sama seperti sekarang, gelap.
Menurut saya ada 2 tipe mahasiswa yang sekarang berada dalam kampus yaitu mahasiswa sekuler dan mahasiswa agamis. Terkadang dari kedua hal itulah yang menyebabkan sikap yang dirumuskan masing-masing terhadap Tuhan, agama, dan sikap ini berkelanjutan sebagai sikap politik, pelataran sosial, dan sikap kita sehari hari. Yang akhirnya mereka terjebak oleh segelintir orang yang separuh terdidik dengan trial and errors-nya.
Kita sebagai mahasiswa harusnya mengambil sikap terhadap organisasi pergerakan mahasiswa yang bergerak atas aspek perjuangan moral yang bergerak atas ukuran benar dan salah dan kepada pergerakan mahasiswa atas aspek politik praktis yang bergerak atas perkembangan tentang yang lemah dan yang kuat.
Bagaimana situasi zamanya kita mahasiswa harus berada di luar sistem seperti seniman dan sastrawan. Karena kita hendak jujur, lugas, dan “telanjang” sebagai manusia. Selamat bertelanjang.
(ded/ded)