Indonesia Raya, Menunggu Generasi Bening

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Kamis, 09 Mar 2017 14:50 WIB
Sebab hidup tak sendirian melaju seperti meteor, setiap saat akan tiba waktunya di bumi, itu sebabnya diperlukan generasi pembuka tabir.
Foto: CNN Indonesia/Deddy Sinaga
Jakarta, CNN Indonesia -- Tak perlu menghitung hari, selaksa, sewindu ataupun berabad kemudian. Sebab hidup menguji kecerdasan, pada kesetiaan cita-cita, pada kesadaran lahir dari rahim Bunda, pada kesadaran kepatuhan belajar senantiasa mendengar nasihat kedua orang tua. Ini bukan anjuran sekadar berbagi cinta di antara kehidupan berbangsa dalam polarisasi bermasyarakat.

Pendidikan memberi peradaban kesantunan pada ranah disiplin keilmuan, di dalamnya ada moral iman pengetahuan amat luas. Ki Hajar Dewantara, telah memberi dasar pendidikan, berkata-kata dalam suri tauladan bahasa Ibu Pertiwi di Taman Siswa. Sejarahnya tak henti pada waktu, tengoklah beliau dalam doamu, doa bagi pahlawan negeri ini.

Sebab hidup tak sendirian melaju seperti meteor, setiap saat akan tiba waktunya di bumi, itu sebabnya diperlukan generasi pembuka tabir ilmu ekosistem, sains, tekno alam raya masa depan, kemana meteor akan berlanjut, menangkalnya jika mungkin atau membelokannya, semua ada pada keinginan belajar untuk dunia dan sesama. Tak perlu takut dalam tanda tanya.

Hidup sebuah pelajaran menuju pelajaran lainnya, senantiasa membentang terbuka dalam serial buku-buku di rentang akademis. Jangan pernah takut kehilangan waktu, sebab senantiasa ada pada eksak matematis, hitungan ketepatan tujuan. Kapan membaca, kapan menulis, kapan belajar, kapan menjaga kesehatan, makan dan minum, bekerja untuk dunia cita-cita.

Terbukalah pada wawasan seluas tujuan, jangan pernah mengecilkan arti kebudayaan sebagai ilmu pengetahuan sekalipun. Tak terbayang. Apa artinya negara tanpa ilmu kebudayaan. Apa artinya negara tanpa keseniaan. Apa artinya negara tanpa tradisi-tradisi. Apa artinya negara tanpa pendidikan berkelanjutan. Apa artinya sains dan tekno jika negara menepis kebudayaan.

Mengolah hidup adalah membangun kebudayaan manusia memanusiakan manusia, bukan politik manusia membangun kebudayaan, tapi, kebudayaan membangun etos manusia memanusiakan manusia membentuk peradaban perilaku dalam tata krama suri tauladan seluas alam raya. Maka komunikasi berpolitik akan menjadi suri tauladan di dalam ranah kebudayaan. Membrangus kata-kata tak santun di muka publik.

Adik dan Kakak yang aku sayangi. Indonesia Raya adalah kehidupan kemanusiaan yang adil dan beradab. Bagi seluas teritorialnya. Semua penting, dari harga cabai hingga harga sebuah tekno tercanggih. Semua penting, namun ada yang lebih penting lagi. Membangun Indonesia Raya, bersama, bersemangat, berevolusi, berrevolusi, bergotong-royong. Tanpa saling curiga. Salam Indonesia Unit dalan suri tauladan berbangsa dan bernegara. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER