Siapa Bisa Membuat Semesta

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Selasa, 07 Mar 2017 14:14 WIB
Di sini, ketika Kau mengatakan bahwa manusia adalah alam raya, bahwa Kau adalah ruh dari jiwa alam raya. Semua orang tak percaya.
Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Jakarta, CNN Indonesia -- Di sini, ketika Kau mengatakan bahwa manusia adalah alam raya, bahwa Kau adalah ruh dari jiwa alam raya. Semua orang tak percaya, semua orang meninggalkanMu.

Kini di waktu dan masa amat panjang, Kau selalu hadir dengan kebahagiaan tak setara apapun. Kau bagikan dengan senyum di rentang tangan terputih, hati terputih, suara terputih, tatapan terputih, perilaku terputih di kehidupan.

Tidak ada penderitaan terlihat dari segala hal melebihi kebahagiaan tak setara apapun senantiasa Kau berikan kepada manusia, senantiasa tersimpan di kehidupan seluasnya.

Saat itu, ketika Kau mengatakan kebenaran, tak satupun orang percaya, tak satupun orang membelaMu di pengadilan itu. Semua orang menghindar dari suatu pertanyaan atas tanggung jawab pada kebenaran esensial Keilahian pernah Kau katakan kepada semua kaum.

Kebenaran harus dinyatakan, kebenaran harus dikatakan seperti apa adanya, sama dengan kelahiran dan kematian, dua sisi itu, hakikat cinta kasih tak setara apapun.

Aku sekarang dan sejak mengenalMu tak pernah lagi ragu ataupun merasa sendirian. Aku kagum, Kau altar suci bagi jiwa-jiwa rentan kefanaan, material asumsi-asumsi retorika aklamasi di luar kelaziman logika akal budi, tak lagi dapat menjangkauku semena-mena.

Aku menyadari, Kau ketika itu menghadapi kekuasaan imperium sendirian, hanya berbekal senjata kebenaran hakikat dari cinta kasih seorang Ibu, senantiasa menemani langkahMu hingga ke bukit itu. Tanpa meramu tujuan dislogankan bagai isme buatan manusia.

Setelah aku semakin mengenalMu, selalu ingin lebih mengenalMu. Meski aku tak pernah sempurna, senantiasa berusaha semampuku setiap saat, selalu, berusaha mengenalMu lebih dekat dan lebih dekat lagi.

Namun tak juga aku mampu menjangkau hakikat putih, pernah Kau rentangkan bendera-bendera kebenaran tentang hal kehidupan itu keadilan hukum-hukum, di hadapan anarkisme barbarik kaum sektarian imperium itu.

Aku tak sepadan jika dibandingkan hempasan cambuk pernah Kau terima tak terhingga jumlahnya. Aku cuma cacing di tengah lumpur mencoba meronta dari himpitan suara kehidupan. Aku ingin sepertiMu, aku tak mampu membuat semesta sepertiMu, di rentang nurani sekalipun.

Putih pada bening di antara rentang waktu peradaban terus berada dalam tujuh mazmur, tujuh kata, tujuh matahari, tujuh rembulan.

Paskah di tetes-tetes embun Semesta Jumat Agung, puasa dalam pelukan keindahan mazmur. Bahagia bagi dunia dan umatNya di manapun dalam perjalanan menuju Paskah. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER