Jakarta, CNN Indonesia -- Suasana ramai di Gerbang Lama Universitas Padjadjaran (Unpad) Jatinangor, atau yang biasa disebut mahasiswa Gerlam, terasa ramai seperti suasana sekolah saat belnya berbunyi. Bedanya bunyi peluit yang terdengar di tempat.
Bunyi peluit dari satpam mulai terdengar jika sudah pukul tujuh pagi, baik untuk mengatur kendaraan yang masuk, membantu mahasiswa yang datang dari sebrang jalan, atau mungkin hanya membantu melancarkan jalan raya supaya tidak angkot-angkot tidak menghalagi kendaraan yang akan masuk.
Namun ada satu sudut di Gerlam yang lebih ramai, bahkan sampai terlihat ada tumpukan mahasiswa di tempat itu. Tempat itu adalah halte angkutan umum kampus.
Angkutan umum kampus berupa angkot dan odong-odong merupakan salah satu fasilitas yang disediakan Unpad untuk membantu mengantarkan warga Unpad menuju fakultas tujuannya. Angkutan umum ini sudah ada sejak akhir 2004 dan antusias warga Unpad untuk menggunakannya tidak pernah berkurang, melainkan terus bertambah.
Menurut Kepala Departemen Advokasi dan Pelayanan Mahasiswa (APM) BEM Kema Unpad 2017, Jamaludin, selalu adanya peningkatan jumlah mahasiswa masuk tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang melaksanakan wisuda menjadi salah satu faktor penyebab pengguna angkutan umum kampus terus bertambah.
Dengan adanya peningkatan jumlah mahasiswa tersebut, tentu fasilitas angkutan umum Unpad jumlahnya terus ditambah sejak awal adanya angkutan tersebut. Namun perlu disayangkan, walaupun jumlah angkutan yang sudah cukup banyak, tetapi tidak bisa mengangkut semua penumpang dengan cepat.
“Nunggunya lama, belum lagi harus desak-desakan di dalam odong-odongnya. Saya suka takut kalau hal itu malah berbahaya,” ujar seorang mahasiswi yang sedang menunggu angkutan umum di halte Gerlam Unpad.
Kendala lainnya dirasakan Rini Ria seorang mahasiswi Jurnalistik Fikom Unpad, yang merasa kurang nyaman karena ia harus mengalah tidak naik angkutan karena odong-odong sudah dipenuhi oleh petugas kebersihan Unpad pada sore hari.
Sebenarnya dulu odong-odong memiliki mobil gandengan yang dapat menganggut lebih banyak mahasiswa dengan sekali jalan, namun karena adanya perubahan jalur yang dikeluarkan pihak berwenang maka gandengan odong-odong tersebut harus dilepas karena dapat membahayakan kendaraan lainnya.
“Gandengan odong-odong harus dilepas karena Gerlam kan sudah jadi akses pintu utama masuk. Takutnya jika odong-odong masih menggunakan gandengan itu bisa menabrak kendaraan lainnya yang lewat,” ucap Lukman Yasin sebagai Koordinator Bidang Kendaraan Umum kampus.
Selain itu ia menegaskan dengan adanya gandengan odong-odong dapat menimbulkan bahaya terhadap penumpang, dikarenakan supir tidak bisa mengontrol bagian belakang odong-odong tersebut.
Ada hal lain lagi yang sebenarnya dapat membahayakan keselamatan penumpang kendaraan umum kampus, yaitu cara mereka memberhentikan kendaraan yang datang. Terlihat saat-saat jam sibuk keberangkatan mahasiswa, sekitar pukul tujuh sampai delapan pagi, mahasiswa yang menunggu di halte mengantre sepanjang jalan trotoar bahkan sampai ke jalan aspal.
Menurut Lukman hal-hal sederhana yang kadang diacuhkan mahasiswa dapat membahayakan keselamatannya. Selain itu dengan cara menunggu yang tidak teratur seperti itu dapat mengganggu perjalanan kendaraan karena harus berhati-hati agar tidak mengenai orang.
Dengan jumlah total kendaraan umum Unpad yaitu 18 mobil, tujuh odong-odong dan sembilan angkot, masih tetap dirasakan kurang oleh mahasiswa. Menurut Mila Melyco seorang mahasiswi Menajemen Komunikasi Unpad jumlah kendaraan itu masih kurang karena saat jam-jam yang ramai, terutama istirahat makan siang, susah untuk mendapatkan kendaraan.
Hal tersebut ternyata dibenarkan oleh Lukman karena sistem istirahat supir sekarang berbeda dengan sistem lama. “Sekarang tidak ada supir cadangan untuk menggantikan supir yang sedang istirahat,” tegasnya.
Mengetahui adanya keluhan seperti itu, Jamaludin sebagai APM BEM Kema Unpad 2017 menerima masukan dan ia sudah menyampaikan permintaan kepada pihak terkait untuk penambahan jumlah armada angkutan umum Unpad.
Dengan banyaknya keluhan yang dialami mahasiswa terkait kendaraan umum tersebut, memang sudah saatnya Unpad menambah angkutan-angkutan umum kampus demi menunjang kebutuhan kendaraan yang terus meningkat dan efisiensi mahasiswa untuk ke kampus.
Faktor lain yang mendukung perlu adanya penambahan armada angkutan umum kampus ini adalah dengan peningkatan jumlah mahasiswa setiap tahunnya. Belum lagi kebijakan Unpad Jatinangor menjadi kampus terpusat di mana Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis harus pindah ke Unpad Jatinangor.
Selain itu diperlukan juga sumber daya manusia pada supir angkutan yang akan menjadi supir cadangan, hal tersebut dapat membantu kekurangan di saat supir yang beristirahat juga harus memberhentikan kendaraannya.