Jakarta, CNN Indonesia -- Benar. Dia baru saja membuat sketsa tentang perempuan. Terbang dengan tet tempur. Mengendalikan kemacetan lalu lintas di tengah budaya modern. Memanah rembulan. Melukis keindahan scenery negerinya di setiap kepulauan Nusantara.
Begitu banyak Kartini Indonesia, berdaya guna bagi cintanya pada negeri. Menegakan keadilan di ruang-ruang pengadilan, menjadi hakim dan jaksa. Menjadi polisi dan tentara. Menjadi anggota Komisi Pemberantasan Korupsi.
Menaburkan benih kehidupan. Merancang keindahan desain. Membatik. Menjadi dokter nun jauh di sana di perbatasan Indonesia Raya. Menjadi arsitek membangun negerinya. Menjadi guru bagi generasi-generasi dari pelosok negeri hingga ke kota, mengarungi lautan ke batas-batas negeri hijau berhutan berwawasan laut kaya ekologi ekosistem.
Nusantara, bersama Kartini dan para pahlawan wanita negerinya, pembuat sejarah adiluhung di akal budi, pemikiran dasar-dasar filosofi kehidupan dan kesetaraan perempuan. Mengukir sejarah peradaban lalu, kini dan akan datang. Takkan terlupakan budi bahasamu dan budi pekertimu.
Kartini. Tak memperjuangkan dirinya. Kartini, memperjuangkan pertumbuhan benih pada kesadaran peradaban baru bagi genarasi lanjutannya berkesinambungan. Dia hanya ingin mengatakan sebuah kepastian. Habis gelap terbitlah terang