Bandung, CNN Indonesia -- Perubahan nama yang mengakibatkan birokrasi di kampus Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) menjadi berubah. Semakin sulitnya acara-acara kampus membuat mahasiswa gundah gulana untuk merealisasikan keinginannya untuk membuat acara atau berorganisasi. Pengaruh tersebut berubah pula pada sistem kemahasiswaan di kampus seni tersebut.
Namun dengan usaha dan kerja keras panitia Hari Teater Sedunia (Hatedu) di ISBI Bandung membuahkan hasil yang mulus. Acara yang diusung untuk memperingati Hari Teater Sedunia pada 27 Maret 2017 lalu, mengundang banyak penonton dan antusias dari pers-pers mahasiswa yang meliputnya.
Hatedu di ISBI Bandung ini berlangsung selama tiga hari, pada awal April lalu, dan diisi dengan penampilan teater dari berbagai kampus se-Bandung Raya.
Tema tahun ini adalah “Peduli Lingkungan”. Konsep yang mendukung acara ini pun memanfaatkan barang-barang dari ranting kering dan daun kering. Ada 17 kelompok teater dari berbagai kampus yang turut memeriahkan Hatedu di ISBI Bandung.
Namun banyak kesedihan yang terpancar dari raut wajah sang ketua pelaksana ataupun beberapa apresiator seni. “Seni teater di Indonesia kurang dihargai oleh masyarakat, kita tidak mendapatkan apresiasi,” ujar Muhammad Subhan Maulana selaku Ketua Pelaksana Hatedu.
Tak heran jika peringatan Hatedu di ISBI Bandung kali ini sedikit berbeda dari dua tahun sebelumnya. Adanya sarasehan di akhir acara membuat para penonton dan apresiator diharapkan dapat lebih menghargai seni teater. Sarasehan tersebut mempunyai tema sendiri yaitu
Teater Tidak Selesai di Panggung.
Panitia ingin mengajak berdiskusi langsung dengan penonton perihal yang ditonton, dirasakan dan bagaimana semestinya teater itu ditampilkan untuk lebih menarik.
Forum Teater Kampus Bandung pun ikut memeriahkan acara ini. Subhan bercerita, “Dua tahun lalu, Hatedu ini berkonsep seperti parade. Namun, kami ingin memberikan sesuatu yang beda bahwa penampilan teater itu tidak selesai di panggung.”
Upaya untuk meningkatkan minat khalayak terhadap pertunjukan teater pun dirasakan oleh panitia Hatedu ini. “Ke depannya KMT bisa lebih dikenal lagi oleh masyarakat, bahwa teater adalah suatu ilmu,” ucap Felyn salah satu panitia Hatedu.
Kebahagiaan lain dirasakan oleh salah satu apresiator seni teater yang sudah bertahun-tahun bergelut di bidang teater. Rabbani Iska adalah seorang mahasiswa S2 yang hingga saat ini masih aktif dalam kelompok teater GSSTF dan Jogja.
Dia mengaku senang bisa menonton Hatedu ini karena dapat menambah ide untuk garapannya. Lagi dan lagi, keresahan yang dirasakan bahwa untuk saat ini banyak masyarakat Indonesia yang kurang menghargai adanya seni teater. “Harapan pengen main, seneng bikin garapan bareng, semakin mendunia lagi ke masyarakat, semoga semakin rame, semoga banyak yang menikmati teater itu indah,” ucapnya sambil menikmati hidangan yang disediakan.