Hari Ibu: Asal Mula Kisah Perempuan-Perempuan Hebat

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Rabu, 04 Jan 2017 17:25 WIB
Sosok ibu sangat sentral dalam keluarga, juga di balik sosok-sosok hebat di Indonesia dan di dunia.
Foto: CNN Indonesia/Laudy Gracivia
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya ketika ia lahir ke dunia. Peran ibu sangat sentral dalam keluarga, terutama dalam peran pendidikan anak semenjak dini. Tak hanya bagi anak, Ibu menjadi penyeimbang keutuhan rumah tangga, mengarunginya bersama sosok bapak. Bagi para petinggi negara ini baik yang dulu atau yang sekarang, ada sosok ibu atau isteri yang cerdas, penuh kasih dan tegar hingga mengantarkan anaknya menjadi salah satu garda depan bangsa Ini.

Sebagaimana kita ketahui, di balik nama hebat presiden pertama Soekarno, ada nama Fatmawati yang memegang peran sebagai isteri dan Ibu bagi anak semata wayangnya Guntur. Sosok wanita tegar yang berjalan beriringan dengan proklamator untuk menggapai kemerdekaan bangsa ini.

Ataupun kita kenal ado sosok Siti Habibah ibu dari presiden ke-5 Susilo Bambang Yudhoyono, atau figur seorang Sujatmi Notomiharjo, bagi Joko Widodo orang nomor satu bangsa ini.

Di luar, kita juga kenal dengan nama Nancy Mattews, sebagai sosok yang menumbuhkan kepercayaan diri Edison kecil hingga tumbuh menjadi sosok Thomas Alfa Edison, salah satu penemu terbesar dunia yang jenius. Artinya memang pantas, dan kita sepakati peran ibu amat sentral, hingga bisa dikatakan sebagai tonggaknya sebuah negara.

Dalam pemaknaan peran seorang ibu di Indonesia ditetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu Nasional. Dalam penetapnya mengekor sejarah yang amat istimewa.

Tepatnya tanggal 22-25 Desember1928, di Yogyakarta berhimpunlah para pejuang wanita Indonesia dari Jawa dan Sumatera untuk menghelat terbentuknya Kongres Perempuan Indonesia I.

Kongres yang dihadiri oleh 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera menginisiasi lahirnya Kongres Perempuan yang saat ini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Gedung Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto, Yogyakarta, menjadi saksi lahirnya kongres tersebut.

Kemudian pada Kongres Perempuan Indonesia III, ditetapkanlah Hari Ibu yang terilhami dan termotivasi dari perjuangan wanita-wanita luar biasa Indonesia abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said, dan lain-lain.

Secara resmi dijadikannya 22 Desember sebagai peringatan Hari Ibu dan sebagai perayaan tahunan nasional, berdasar pada Dekrit Presiden No.316 1959 yang diprakarsai Presiden Soekarno.

Pada awalnya peringatan ini adalah untuk mengenang selalu semangat dan perjuangan wanita-wanita Indonesia yang berperan dalam kemajuan bangsa ini. Di mana Kongres Perempuan Indonesia saat itu pun juga ambil bagian dalam pergerakan nasional dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Begitu heroiknya peran wanita (kaum ibu) saat itu yang menjadi tiang penyangga, penyumbang perjuangan dan kemerdekaan bangsa. Saat ini peringatan hari ibu lebih kepada pemaknaan bagaimana semangat para wanita berperan bagi keluarga, lingkungan dan sesama.

Hari untuk mengapresiasi jasa-jasa sosok wanita yang senantiasa menyokong kita hingga berada pada posisi saat ini. Juga hari untuk berterimakasih bagi perempuan-perempuan tegar zaman dahulu, ataupun perempuan-perempuan tangguh dewasa ini yang berdedikasi tanpa pamrih untuk dunia pendidikan, lingkungan, kemanusiaan dan lain-lain.

Marilah jadikan Hari Ibu bukan hanya sebagai hari pelaksanaan seremonial belaka, pemberian bunga, kado atau yang lainnya. Mari kita dukung dan kita ciptakan lingkungan atau keadaan yang mendukung keterjaminan kesetaraan hak wanita-wanita untuk berkarya, berekspresi, melakukan yang ia inginkan, untuk kemajuan dan kemaslahatan bangsa. Darinya lahirnya banyak hal-hal hebat dan akan melahirkan generasi-generasi hebat. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER