Menuliskan Nasionalisme, Menjaga Indonesia

CNN Indonesia
Kamis, 18 Mei 2017 12:04 WIB
Kisah pelajar dan mahasiswa di CNN Student Indonesia, dari teman-teman penulis berbagai perguruan tinggi. Menulis untuk menjaga Indonesia.
Ilustrasi (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ayo kawan! Tetaplah menyimpan pelajaran keteladanan para pejuang pendidikan. Sejarah kebangsaan telah dilahirkan, dari rasa cinta kepada Indonesia, tanpa orasi berisik mengganggu etos kerja kreatif sesama.

Kita tengah berjuang untuk keluarga, masa depan pendidikan anak-cucu menuju jenjang bermanfaat bagi diri dan negeri, barangkali itu disebut personal nasionalisme untuk negeri. Kerja kreatif, sekolah, belajar dan kuliah, mengisi tujuan kebangsaan.

Contoh kecil, ikuti kisah pelajar dan mahasiswa di CNN Student Indonesia, dari teman-teman penulis berbagai perguruan tinggi. Mengharukan. Membanggakan. Ini adalah contoh sederhana nasionalisme. Ini contoh kecil bahwa sebuah negara adalah milik bangsanya. Anti-intoleran. Anti-korupsi. Anti-neokolonialisme. Hanya ada, memberi informasi dan belajar tanpa henti.

Patut dibanggakan anak-anak bangsa kini, generasi meroket cepat di ranah kultur ilmu pengetahuan dan teknologi, realita tak terhindarkan. Langkah maju para pekerja, pelajar dan mahasiswa berprestasi, maupun tengah mengejar prestasi terus meroket.

Tak ada lagi kolonialisme di negeri ini. Namun neokolonialisme, masih dalam tanda tanya besar. Kalaupun ada, barangkali, biarkan saja hal itu menjadi mati suri. Tergilas citacita besar anak bangsa di segala lini nasionalisme.

Apa sih nasionalisme? Sederhana saja. Bendera Sang Dwi Warna, Garuda Pancasila dan prestasi anak bangsa memburu citacita setinggi-tingginya kini dan akan datang untuk membantu sesama di negerinya. Itu nasionalisme.

Bukan pura-pura turut membangun dalam satu konsep, lalu mencuri diam-diam. Meledak ketika di bongkar lembaga anti-rasuah KPK, hal menyedihkan.

Pengkhianatan itu datang dari kaum koruptor Indonesia, anak negeri sendiri. Sedih melihat mental rendah kronis itu. Teganya jadi pencuri di negeri sendiri. Tidak punya malu, meski diri tak lagi punya guna untuk citacita kebangsaan.

Apa sih citacita kebangsaan? Belajar dengan tekun, santun kepada lingkungan, menghormati orangtua, guru dan saling peduli pada sesama. Hal amat sederhana di sekitar kita.

Sebagai rakyat berprestasi, bekerja keras, berjuang untuk negeri lewat kerja keras, sekolah hingga jenjang pendidikan tinggi. Pasti tidak rela melihat neokolonialisme-korupsi, terus berusaha memiskinkan Indonesia. Tidak rela ada manusia seperti itu di negeri tercinta ini.

Ada, Eduard Douwes Dekker alias Multatuli (1820-1887). Dia bukan orang Indonesia. Namun dia sebagai orang Belanda, kecewa melihat sistem pemerintahan kolonial tengah memporak porandakan hak keadilan kemanusiaan kala itu. Lalu dia memberi inspirasi dunia lewat kisah Max Havelaar, bahwa tengah terjadi ketidakadilan di Hindia Belanda (Indonesia kini).

Ada Ernest Douwes Dekker alias Danudirja Setiabudi (1879-1950), Lahir di kota kecil Pasuruan Jawa Timur, wafat di Bandung. Masih keluarga dekat Multatuli. Douwes Dekker, salah satu perintis kemerdekaan peletak dasar nasionalisme Indonesia modern, juga salah satu penggagas nama Nusantara. Wartawan, kolumnis dan aktivis politik zamannya.

Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo, adalah tiga pendekar pergerakan kemerdekaan Indonesia. Bersama Soekarno menuju Indonesia merdeka.

Kekuatan tokoh pergerakan Indonesia kala itu menyatukan keinginan sederhana. Menghapus ketidakadilan penjajahan. Hindia Belanda segera menjadi Nusantara, menjadi Indonesia merdeka. Sangat sederhana dalam etos juang bersih, jujur, bening dan benar.

Kini telah sampai pada sebuah citacita menjadi impian para pahlawan kebangsaan pengembang politik nasionalis murni tanpa basa-basi asal tuan senang.

Ketika itu, Soekarno dan para pejuang pergerakan Indonesia, senantiasa mengatakan “Tidak untuk kolonialisme. Tidak untuk Imperialisme. Aku ingin Indonesia Merdeka!” Hanya itu tekad putra-putri Indonesia.

Kini terasa tekat itu semakin kuat dengan pertumbuhan ekonomi, sekolah dan pendidikan bahwa nasionalisme tidak pernah dikalahkan oleh golongan neokolonialisme-korupsi.

Rakyat pekerja, para pelajar, para mahasiswa, tentara, polisi, hakim, jaksa dan KPK. Semoga terus saling memberi keteladanan, terus menjaga kehidupan berbangsa. Membasmi, politik praktis neokolonialisme-korupsi dari negeri hebat nan indah ini. Salam Indonesia Unit.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER