Jakarta, CNN Indonesia -- Anak petani jadi petani kian sedikit. Survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendapati anak petani yang kembali menjadi petani untuk melanjutkan usaha tani keluarga hanya 3 persen.
Padahal, keberadaan pertanian keluarga skala kecil (lahan terbatas) sangat penting dalam penyediaan pangan. Data Badan Pangan Sedunia (FAO) menunjukkan bahwa 90 persen pangan nasional diproduksi oleh pertanian skala kecil, bahkan di tingkat global 80 persen pangan diproduksi oleh pertanian keluarga skala kecil.
Tentu saja, regenerasi petani sangat penting. Sayang, kebanyakan pemuda, menurut catatan Kementerian Pemuda dan Olahraga, lebih memilih meninggalkan desa dan mencari penghidupan di perkotaan. Sementara, lapangan pekerjaan di kota tak mencukup untuk menampung mereka semua.
Data LIPI menyebutkan, selama kurun waktu 44 tahun terakhir (1971 hingga 2015), rata-rata tingkat pengangguran terbuka pemuda di perkotaan mencapai 15 persen per tahun, angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan di perdesaan yang mencapai 9 persen per tahun. Pada 2016, tingkat pengangguran di perdesaan sebesar 4,51 persen sementara di perkotaan mencapai 6,60 persen (BPS, 2016).
Pemuda, kata Kepala Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Haning Romdiati, perlu didorong supaya mau kembali ke desa dan mengembangkan pertanian desa.
Secercah harapan masih muncul dari beberapa pemuda yang saat ini memutuskan menjadi petani. Mereka menerapkan pola pertanian berkelanjutan untuk dapat bertahan dari tantangan alam dan pasar global. Mereka mampu keluar dari ketergantungan dan mampu menciptakan bibit, pupuk organik, dan menciptakan pasar.
Keberadaan pemuda tani ini penting, kata Haning, khususnya terkait kedaulatan pangan pada masa yang akan datang dan sebagai bentuk gerakan petani yang otonom dalam era globalisasi saat ini. “Pemerintah perlu memberikan perhatian besar dalam menciptakan strategi kebijakan pertanian yang dapat memberikan dampak langsung pada terciptanya regenerasi petani untuk menjaga keberlanjutan pertanian keluarga yang menopang kebutuhan pangan nasional,” kata dia, di Jakarta, Selasa (19/9).
Strateginya, kata Haning, antara lain memberikan akses lahan bagi pemuda, memberikan jaminan pasar bagi pemuda tani untuk mengelola pertanian, adanya pendidikan mengenai teknologi, serta variasi teknik budidaya pertanian yang berkelanjutan kepada kalangan pemuda pedesaan terutama pada lahan pertanian yang terbatas.