Jakarta, CNN Indonesia -- Di tengah situasi seperti sekarang, daripada kamu sibuk saling menyalahkan, ada baiknya memperluas pertemanan dan menjalin silaturahmi, bukan? Begitulah juga yang dipikirkan para mahasiswa yang tergabung ke dalam Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), saat mereka memutuskan menggelar parade kebangsaan di Jawa Timur.
Parade kebangsaan adalah upaya untuk merajut kebersamaan sebagai satu bangsa, meski berbeda-beda latar belakang dan agama. Para pengurus pusat GMKI melakukan kunjungan kasih dan silaturahmi ke beberapa pondok pesantren, kampus, dan gereja di Jawa Timur, sejak 2 Oktober lalu, sampai 6 Oktober mendatang.
Kunjungan pertama dilakukan ke Pondok Pesantren Ngalah di Pasuruan. Para pengurus GMKI diterima oleh pengasuh dan pendiri Pondok Pesantren Ngalah, KH. M. Sholeh Bahruddin. Turut hadir Pengurus dari organisasi Kelompok Cipayung, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Pasuruan Komisariat Ngalah, dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Pada kesempatan tersebut, KH. M. Sholeh Bahruddin, yang adalah salah satu tokoh penggerak perdamaian di Jawa Timur, mengatakan: “Bhinneka Tunggal Ika adalah jati diri dan harga diri bangsa Indonesia. Sehingga perjuangan untuk merawat dan menjunjung semboyan ini tidak akan mengenal kata henti.”
“Relasi sesama manusia harus dialaskan pada 'lemek' cinta dan kasih sayang. Tidak ada gunanya hidup jikalau tidak mengabdi untuk perwujudan perdamaian,” kata sosok ulama yang terkenal bersahaja ini.
Setelah berdialog, para mahasiswa dari berbagai latar belakang itu diajak berkeliling pondok pesantren, yang punya jargon pluralisme dan inklusivitas ini. Rombongan menikmati keramahan warga pesantren saat mereka berinteraksi bersama.
“Kegiatan ini adalah usaha untuk menerobos sekat di dalam keberagaman agama di Indonesia. Generasi muda saat ini harus selalu mengupayakan keterbukaan serta keharmonisan antar umat beragama,” kata Koordinator GMKI Wilayah Jawa Timur, Bali, dan NTB, Arnold L. Panjaitan, dalam keterangan yang diterima CNN Student kemarin.
Arnold mengatakan, kunjungan semacam ini akan mempermudah gerak langkah bersama dalam menghindari cengkeraman radikalisme, fundamentalisme dan intoleransi. “GMKI sangat terinspirasi dengan kehidupan Pesantren yang damai, egaliter dan harmonis. GMKI berterima kasih banyak kepada pihak Pesantren Ngalah, Pasuruan. Semoga semakin banyak santri-santri hebat yang siap untuk berkarya memajukan Indonesia lahir dari Pesantren ini," ujarnya.
Ketua Umum Pengurus Pusat GMKI, Sahat Martin Philip Sinurat menyampaikan belakangan ini ada indikasi meningkatnya fundamentalisme dan radikalisme di tengah pemuda Indonesia. Padahal generasi muda seharusnya menjadi pihak yang paling kritis dan tidak mudah terprovokasi dengan informasi hoaks ataupun isu SARA.
"Adanya keberagaman di antara masyarakat kita sebenarnya telah membentuk kita menjadi bangsa yang toleran, guyub, damai, dan saling membantu (gotong-royong). Melalui silaturahmi dan saling bertukar pikiran, kita berupaya merawat karakter khas bangsa Indonesia ini agar tidak terkikis oleh bahaya apatisme dan radikalisme," ujar Sahat.