Jakarta, CNN Indonesia -- Dunia ini mulai rusak dan hancur oleh karena perbuatan manusia. Kehancuran itu bukan hanya objeknya, melainkan subjeknya pula. Sedih mendengarnya, apalagi melihatnya, karena kita termasuk di dalamya.
Sejarah telah mengatakan bahwa Islam adalah peradaban dunia, tetapi apakah penyebab kemundurannya? Di antaranya adalah generasinya yang rusak akal, moral, bahkan pemikirannya.
Apa penyebabnya? Salah satunya faktornya adalah kurangnya ilmu. Ibn Khaldun mengatakan bahwa kemunculan peradaban salah satunya karena ilmu.
Sejarah mencatat cendekiawan Muslim tak henti-hentinya menimba ilmu. Mereka berusaha meski harus menempuh waktu berhari-hari untuk menemui sang guru.
Mereka juga melahap aneka buku. Mereka pahami dan dalami sampai puncak pemahaman mereka. Dari sanalah muncul sains dan teknologi. Ilmupun berkembang.
Lantas, apakah yang harus kita lakukan guna merekonstruksi kembali peradaban itu? Salah satu cara adalah menuntut ilmu atas dasar kemauan sendiri. Semua akan kembali pada diri kita.
Ilmu itu tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus dicari dan diusahakan. Seperti kata mutiara yang dikatakan Imam as-Syafi’i:
إن وقوف الماء يفسده إن سال طاب فإن لم يصل لم يطب
“Saya melihat genangan air itu merusaknya (membuat air bau dan keruh) jika air itu mengalir maka dia kan baik (bersih dan jernih) dan jika tidak mengalir maka dia tidak akan baik.”
Jika manusia hanya diam di rumah, menganggur dan bingung apa yang harus ia kerjakan, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa, dia tidak produktif. Kecuali jika ia mau berusaha mencarinya.
Apapun itu dalam hal kebaikan, maka ia akan bersih dan banyak yang akan mencarinya. Layaknya air yang bersih ia akan selalu memberikan manfaat kepada orang lain. Sehingga banyak orang yang mencarinya.
Dengan ilmu kita tahu, tidak punya ilmu kita malu, dan tanpa ilmu kita jahlu.
(ded/ded)