Aksi Boikot, Tercapaikah Tujuannya?

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Senin, 11 Des 2017 17:48 WIB
Ketika membicarakan tentang boikot, tentu tujuannya tidak lain untuk menolak bekerja sama dengan merek maupun produk yang bersangkutan. Tercapaikah tujuan itu?
Ilustrasi (Foto: Traveloka)
Jakarta, CNN Indonesia -- Baru-baru ini, publik diramaikan dengan adanya aksi boikot oleh warga internet (warganet) terhadap salah satu aplikasi jasa terbesar di Indonesia, yaitu Traveloka. Aksi ini dapat menjadi sorotan, saat tagar #uninstallTraveloka menjadi salah satu trending topic di Twitter.
 
Aksi boikot lainnya yang pernah ramai adalah boikot terhadap salah satu merek roti terbesar di Indonesia bernama Sari Roti. Aksi boikot terhadap produk roti ini sempat penulis rasakan, saat tidak ditemukannya roti ini di beberapa swalayan. Padahal biasanya, roti ini selalu terlihat tertumpuk rapi di etalase.

Hal yang mungkin bisa publik nilai adalah, apa sebenarnya tujuan dibentuknya aksi boikot ini? Tentunya dalam sebuah aksi, akan ditemui sebuah pertentangan. Hal yang sama juga ditemukan dalam kedua aksi.

Ada massa pembela Sari Roti dan Traveloka, namun tentu ada massa yang mendukung aksi boikot terhadap keduanya. Jika boleh di tambah satu kubu lagi, mungkin ada pula kubu yang tidak peduli dengan hal ini.

Tetapi, siapa yang lebih kuat di sini? Massa pembela, atau massa aksi boikot? Tentunya kedua kubu terlihat kokoh dengan masing-masing kepercayaan teguh atas pilihannya.
 
Ketika membicarakan tentang boikot, tentu tujuannya tidak lain untuk menolak bekerja sama dengan merek maupun produk yang bersangkutan. Kurang lebih bisa dikatakan, jangan beli Sari Roti dan jangan gunakan jasa Traveloka.

Jika tujuannya itu, mari kita pelajari aksi boikot yang sudah terjadi. Sari Roti misalnya, di beberapa tempt mungkin tidak ditemukan produk itu. Tapi di tempat lain masih banyak.

Masih banyak orang yang tetap membeli produk ini. Hasilnya, pada akhir tahun 2016, produsen Sari Roti mengumumkan bahwa hasil penjualan Sari Roti malah menunjukkan hasil positif. Malahan, produk ini mengalahkan produk roti lainnya di Indonesia.

Hal tersebut cukup mencengangkan dan membuat kaget beberapa pihak. Penulis juga termasuk ke dalam salah satu orang yang kaget. Mengingat ramainya aksi boikot yang berlangsung sebelumnya. Tujuan boikot tak tercapai, bukan?

Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak bisa menilai suatu aksi hanya dari ‘ramai’nya saja. Namun, perlu ditelaah hingga ke hasil akhirnya. Ini juga penulis terapkan pada aksi boikot Traveloka, dan semoga oleh pembaca sekalian untuk lebih cermat dalam menilai hasil sebuah aksi.

Silakan saja pembaca berpihak ke mana. Tapi tak ada salahnya pula untuk lebih cermat dan pintar dalam menilai sebuah aksi. Jangan sampai mudah termakan hoax dan hanya menjadi orang yang ‘ikut-ikutan’ saja. Pelajari dahulu lalu tetapkan pilihanmu! (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER