Jakarta, CNN Indonesia -- Dahulu di zaman penjajahan pemuda pemudi bersatu untuk melawan penjajah. Mereka menyerahkan apa saja untuk negeri ini. Saling tolong menolong, merawat prajurit atau rakyat yang terluka dan berani bertempur merelakan nyawanya agar negeri ini merdeka.
Dari situlah rasa kesetiakawanan muncul. Rasa solidaritas yang sangat tinggi dan tanggung jawab terhadap sesama membuat hari kesetiakawanan sosial ini ada dan menjadi hari peringatan nasional.
Memang benar, terkadang rasa kesetiakawanan muncul ketika manusia dihadapkan pada masalah. Karena pada prinsipnya manusia adalah mahluk sosial. Manusia tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan satu sama lain.
Negeri ini punya banyak masalah. Tak hanya dari manusianya saja yang memiliki banyak masalah namun lingkungan yang mengeliling manusianya pun bermasalah. Bukan hanya rakyatnya saja yang bermasalah namun para petinggi negeri ini pun bermasalah. Yang tua dan yang muda pun bermasalah.
Pada zaman globalisasi ini, sangat susah untuk menghentikan arus budaya barat yang menyerap pada jati diri bangsa. Hal ini dapat dilihat dari pemuda pemudi pada tingkah lakunya. Semakin hari ada saja tingkah mereka yang menirukan budaya barat. Jika hal itu positif maka biarkan saja namun jika meniru yang negatif maka masyarakat harus kembali melawan, yaitu melawan bangsanya sendiri.
Lihat saja, di media sosial mereka banyak memamerkan tentang kehidupannya yang hedon atau menghambur-hamburkan uang. Mereka pergi ke sebuah tempat hiburan malam. Saat ini pemandangan seperti itu sudah biasa masyarakat lihat, seolah-olah hal ini sudah lazim di mata masyarakat. Tak hanya itu, minuman beralkohol pun kini semakin banyak peminatnya. Bukan hanya orang dewasa saja melainkan anak dibawah umur pun sudah tahu dan mencobanya.
Sebagai masyarakat yang baik, hal seperti itu harusnya sudah kita cegah. Sangat jelas hal tersebut membawa dampak buruk pada diri manusia dan negaranya. Bisa jadi jika masyarakat semakin melazimkan hal itu, itu akan menjadi budaya pula di negeri ini. Jati diri bangsa yang telah dibangun dan menjadi ikrar sumpah pemuda akan sia-sia jika melihat kondisi sekarang. Jangan sampai para pahlawan kita dahulu merasa sia-sia mempertaruhkan nyawanya untuk bangsa yang seperti ini.
Rasa kesetiakawanan itu perlu dimunculkan kembali. Merenggut lagi apa yang telah dirusak oleh bangsa sendiri. Mengembalikan mimpi-mimpi para pahlawan dan mewujudkannya untuk negeri ini. Masyarakat harus saling merangkul satu sama lain untuk melawan hal yang merusak bangsa dan negara.
Kesetiakawanan sosial masa kini adalah instrumen menuju kesejahteraan masyarakat melalui gerakan peduli dan berbagi oleh, dari dan untuk masyarakat baik sendiri-sendiri maupun secara bersamaan berdasarkan nilai kemanusiaan, kebersamaan, kegotongroyongan dan kekeluargaan yang dilakukan secara terencana, terarah dan berkelanjutan menuju terwujudnya Indonesia sejahtera.
Masyarakat perlu menjadi pahlawan kembali. Memiliki jiwa dan semangat kebersamaan, kegotongroyongan, kekeluargaan serta kerelaan berkorban tanpa pamrih sehingga masyarakat dapat menanggulangi dan mengatasi permasalahan sosial yang timbul dalam rangka mencapai kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Maka dari itu mari bersama sama melawan penjajahan bangsanya sendiri. Selamat Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional!
(ded/ded)