TNI dan Pembelajaran dari Sejarah

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Kamis, 28 Des 2017 17:27 WIB
Belajar dari perjalanan sejarah di mana TNI berada di dalamnya. Ada yang kelam, ada yang memberikan teladan.
TNI dalam sebuah latihan. (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jas merah. Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Pertempuran Ambarawa pada 12-15 Desember 1945 tercatat dalam sejarah sebagai asal muasal dari Hari Juang Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang ditetapkan pemerintah.

Saat itu pasukan sekutu hendak menguasai Ambarawa sebagai basis kekuatan untuk merebut Jawa Tengah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) karena letaknya yang strategis dan fasilitas militer yang kuat kala itu. Pertempuran Tentara Keamanan Rakyat (TKR) ini dipimpin oleh Jenderal Soedirman.

Dengan semboyan “Rawe-rawe rantas, malang-malang putung (patah tumbuh, hilang berganti),” para TKR yang hanya berbekal senjata tradisional terbakar semangatnya meskipun harus melawan persenjataan sekutu yang mutakhir pada zamannya. Tentara Keamanan Rakyat pun berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia.

Setelah itu TNI pun meninggalkan jejak kelam bersama rezim orde baru selama 32 tahun, melalui tindakan represif, penculikan aktivis, dan sebagainya. Setelah rezim itu berakhir, TNI mulai mendapatkan kepercayaan masyarakat kembali.

Hal ini terlihat dari hasil survey Poltracking Indonesia pada 8-15 November 2017 lalu bahwa TNI, Kepresidenan dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah lembaga negara yang paling dipercaya publik. TNI menduduki angka tertinggi, yakni 76 persen, Kepresidenan 75 persen dan KPK 68 persen.

Sementara itu, lembaga yang paling tidak dipercaya oleh publik adalah Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan partai-partai politik. Masing-masing mendapat persentase sebesar 52 persen untuk DPD, 50 persen untuk DPR dan 48 persen untuk partai.

Survei dilakukan dengan menggunakan metode stratified multistage random sampling. Jumlah sampel dalam survei ini sebanyak 2.400 responden dengan margin of error kurang lebih 2 persen. Survei ini menjangkau seluruh provinsi di Indonesia yang diambil secara proporsional.

Selama 19 tahun belakangan setelah masa reformasi, TNI-AD telah menuai banyak prestasi yang diakui dunia. Pertama, pasukan elite Angkatan Darat, yakni satuan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pernah dinobatkan sebagai pasukan elite terbaik nomor tiga setelah Special Air Service (SAS) Inggris dan Mossad Israel.

Kedua, selama 60 tahun lamanya TNI selalu konsisten dilibatkan oleh Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) dalam berbagai misi perdamaian dunia. Pasukan perdamaian ini dikenal sebagai Kontingen Garuda (Konga) dan telah sukses dalam sekitar 30 misi perdamaian dunia seperti Bosnia, Georgia, Kongo, Vietnam, Kamboja, Lebanon dan negara-negara Timur Tengah lainnya.

Ketiga, TNI menjadi pelatih angkatan bersenjata berbagai negara, di antaranya adalah Timor Leste, Brunei, Kamboja dan Myanmar. Keempat, buku karya jenderal besar A.H Nasution berjudul “Pokok-Pokok Gerilya (Fundamental of Guerrilla Warfare)” menjadi panduan pendidikan militer dunia, seperti Amerika Serikat, Turki dan negara-negara Eropa lain.

TNI sebagai pelindung dan teladan
Prestasi yang terbaru adalah TNI AD memperoleh juara umum dalam lomba tembak Australian Army of Skill Arms at Meeting (AASAM) selama 10 tahun berturut-turut. Dalam lomba yang berlangsung pada 5-26 Mei 2017 ini TNI AD mengalahkan tuan rumah dengan menggunakan senjata buatan dalam negeri dari PT Pindad.

Indonesia berhasil meraih 28 emas, 6 perak dan 5 perunggu, jauh melangkahi Australia yang hanya meraih 14 emas. Dari prestasi-prestasi tersebut kita bisa melihat bahwa kualifikasi TNI di mata dunia tak bisa diremehkan. Mereka akan senantiasa siap berperang melindungi kita jika ada yang berani menginjak martabat negeri atau mencium bau penjajahan yang mulai menusuk. Optimisme akan kemenangan mereka semakin bertambah dengan semangat juang 45 masih mendarah daging di antara mereka.

Tak hanya itu, Lima perwira TNI-Polri sukses membebaskan 1.300 sandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) lewat operasi senyap di Tembagapura, Timika, Papua. Aksi heroik ini dilakukan secara cepat sehingga semua sandera bisa lolos tanpa luka sedikit pun. Namun bahkan setelah aksi heroik tersebut, kelima perwira menolak kenaikan pangkat.

Mereka menyebut bahwa keberhasilan milik anak buah, kegagalan milik komandan. Akhirnya hanya ke-57 anak buah mereka yang naik pangkat istimewa. Sikap tersebut sangat berbeda dari para koruptor yang besikap pengecut dan lari dari tanggung jawab. Mereka mampu berkelit dan melancarkan seribu jurus untuk lolos dari jeratan hukum, bahkan rela menyalahkan anak buahnya sendiri.

Kasus Setya Novanto yang memusingkan publik akhir-akhir ini seakan menutupi telinga kita akan berita-berita baik di luar sana. Maka dari itu, berita akan prestasi TNI kita bagai oase di tengah pemberitaan yang tak tentu arah. Kelima perwira tersebut patut diberikan penghargaan lebih dan dikenang oleh masyarakat akan martabatnya yang agung.

Terlepas dari masa lalu kelam TNI AD, mari memetik hal-hal baik dari TNI yang terjadi hari ini. Sifat bijak dan tidak egosentris yang ditunjukkan TNI sudah sepatutnya menjadi teladan bagi semua golongan masyarakat, termasuk pemerintah dan politikus agar mereka tidak menduduki posisi terendah sebagai pihak-pihak yang tidak dipercayai rakyat.

Supaya koruptor tidak berperilaku pengecut dan mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya. Jangan sampai para TNI lupa akan semangat-semangat para pendahulunya demi ibu pertiwi tercinta. Mari kita bersama mengawal Indonesia menjadi negeri yang aman, tenteram dan berbudi pekerti baik. Hidup Tentara Nasional Indonesia!

Dwiarti Rizky Fauziah,
Mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER