Membentang Perubahan di Tahun Baru

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Selasa, 06 Feb 2018 15:55 WIB
Jangan sesali apapun telah lalu. Tetap berlari lebih cepat menerjang badai sekalipun.
Ilustrasi (Foto: AFP PHOTO / dpa / Patrick Pleul)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tahun 2017 lewat sudah. Takkan pernah kembali apapun bentuk dari sekeranjang kenangan. Sekalipun ada hal patut dikenangkan. Tak ada lalu kembali kini. Membentang perubahan ufuk matahari dari pagi hingga sore. Tahun pasti silih berganti bersisian hidup berkesinambungan. Para filsuf menulis amanah tentang cinta dan harapan di horizon benua-benua.

Kenangan, realitas lampau. Harapan realitas akan datang pasti baik dan benar. Asal jangan jadi pelaku kejahatan tindak pidana mafia korupsi dan narkoba. Dua hal tabu itu wajib dibumihanguskan dari negeri tercinta ini. Negeri para petani. Negeri nyiur melambai. Negeri laut para nelayan. Negeri spirit bagi sesama bergotong-royong. Negeri cinta damai anti-hoax dan SARA.

Jangan sesali apapun telah lalu. Tetap berlari lebih cepat menerjang badai sekalipun. Hidup bukan angan-angan dalam kalimat indah. Hidup ada dan lahir memberi inspirasi, manfaat etos kerja di segala sektor. Negeri ini membutuhkan lebih banyak cinta dan kasih sayang dengan kerja keras, patuh pada aturan publik dalam kalimat ‘Dilarang Merokok” semisal, di stasiun atau terminal bus, sangat sederhana.

Mematuhi hal aturan publik sederhana tentu awal dari kehebatan menghargai sesama, semisal ‘tidak meludah di sembarang tempat’ sangat baik untuk kemaslahatan kesehatan publik. Mematuhi aturan birokrasi pelayanan masyarakat tepat waktu hadir pada jam kerja, juga satu hal sederhana dari iman ibadah bermasyarakat. Belajar mematuhi aturan publik untuk negeri hal amat sederhana dan tak sulit.

Barangkali disiplin itu wajib datang dari diri, personal siapapun orang itu, jangan mentang-mentang, tak lagi zamannya kini, tak ada lagi zaman jagoan di era Indonesia kini. Tak ada lagi sok-preman, kuno dan terbelakang.

Kalau mampu mengkritik pemerintah untuk hal positif, itu artinya sebagai warga negeri tercinta ini sudah mampu disiplin di sektor paling sederhana ‘antri’ misalnya, dengan sabar sesuai giliran. Tidak saling dorong untuk naik atau turun dari kereta api atau jenis kendaraan untuk umum lainnya.

Berani membuat kritik, itu artinya secara personal atau pun kelompok telah mampu tidak melanggar aturan moral berlaku di ranah publik dalam bentuk apapun. Telah mencapai disiplin diri. Mampu mengkritik tapi masih melanggar aturan publik, semisal ‘meludah di sembarang tempat atau melanggar aturan ‘Dilarang Merokok’ di ruang publik.

Melanggar tata tertib di jalan raya, semisal, membunyikan sirene di tengah kemacetan siang bolong. Padahal cuma sebuah mobil entah siapa. Barangkali hal itu cermin bahwa belum mau patuh pada aturan alias mentang-mentang.

Bunyi sirene berlaku di jalan raya hanya untuk Kepala Negara dan Tamu Negara, Pemadam Kebakaran. Badan SAR Nasional dan Ambulans.

Semboyan membangun negeri tampaknya akan lebih baik dan mumpuni mulai dari pribadi-pribadi. Berani mengatakan kebenaran kepada publik dalam oto kritik. Bukan asal sok kritik tapi baru saja mencuri keuangan negara melalui kwitansi kosong, misalnya. Berani mematuhi aturan jam kerja di sektor layanan publik, hal amat sederhana dan tak perlu modal besar.

Belajar disiplin diri, jujur, baik dan benar, terbaik dimulai dari rumah kita sendiri, bersama keluarga saling belajar menuju pembangunan negeri lebih mumpuni.

Tahun 2018 kini, sebuah tahun sama dan sebangun sebagaimana waktu berganti, usia bertambah, menuju ufuk matahari matahari. Salam anti mafia korupsi dan mafia narkoba. Salam Indonesia Unit. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER