Presiden Amerika Serikat Barrack Obama menyatakan serangan udara yang dilakukan Amerika Serikat (AS) pada Senin (18/8) bertujuan membantu pasukan Kurdi dan Irak merebut kembali bendungan Mosul.
“Operasi ini menunjukkan kemampuan pasukan Irak dan Kurdi bekerja sama melawan ISIS,” kata Obama. Ia melanjutkan, “jika mereka melanjutkan kerjasama ini, mereka akan mendapatkan dukungan besar dari Amerika Serikat”.
Pertempuran merebut kembali bendungan tersebut dari pasukan Negara Islam Iraq dan Suriah (ISIS) berlangsung sejak Sabtu (16/08).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Jika bendungan itu dihancurkan (oleh ISIS), bisa terjadi bencana banjir yang mengancam ribuan warga sipil dan membahayakan wilayah kedutaan besar Amerika Serikat di Baghdad,” kata Obama.
Juru bicara Pentagon, Laksamana John Kirby mengatakan bahwa militer AS menggunakan pesawat tanpa awak, pesawat tempur dan penyerang untuk melakukan 35 serangan. "Serangan udara Amerika itu berhasil menghancurkan menghancurkan lebih dari 90 target termasuk berbagai macam kendaraan, perlengkapan dan titik pertempuran," kata Kirby.
Menurut Pentagon, setelah ISIS tidak lagi menguasai bendungan tersebut pasukan Iraq kini bergerak untuk memperluas wilayah kekuasaannya.
Sementara itu, Cedric Leighton, seorang mantan agen rahasia Angkatan Udara AS, menyatakan serangan udara saja tidak cukup untuk mengatasi pasukan ISIS. “Inti dari misi ini adalah menghancurkan ISIS,” katanya. “AS tidak bisa menguasai Timur Tengah jika di sana masih ada ISIS.”
Kebrutalan militan ISIS dalam pengambilalihan kota dan desa di utara iraq menyebabkan ribuan orang warga mengungsi.
Sebuah desa yang mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Kristen di dekat bendungan Mosul kini hampir tidak berpenghuni. Sebagian besar warganya melarikan diri ke sebuah biara di pegunungan sebelum ISIS mulai menduduki desa mereka.
"ISIS menyiksa dan memaksa orang untuk pindah ke agama mereka," kata seorang pemeluk agama Kristen yang berhasil melarikan diri dari penyiksaan ISIS.
Air sebagai senjata
Saat pasukan ISIS menguasai bendungan Mosul, banyak pihak mengkhawatirkan mereka akan menggunakannya sebagai senjata karena sebelumnya beberapa kali ISIS menggunakan air sebagai senjata melawan musuhnya.
Belum lama ini, pasukan ISIS membuka pintu air di bendungan Falluja, Irak Tengah, untuk menghalangi pergerakan militer pasukan Irak yang menyebabkan banjir di sejumlah desa.
“ISIS telah menggunakan bendungan lain yang lebih kecil untuk menguasai wilayah, menekan kelompok Sunni untuk mendukung mereka, dan menghukum warga Syiah,” kata Daniel Pipes, presiden Forum Timur Tengah.
Bendungan Mosul dibangun pada era 80-an ketika Saddam Hussein berkuasa dan terletak di atas sungai Tigris, sekitar 50 kilometer di utara kota Mosul.
Bendungan ini berfungsi sebagai sumber tenaga listrik, irigasi, dan pencegah banjir.
Menurut situs konstruksi industri Engineering News-Record, bendungan sepanjang 3,2 kilometer ini dapat menampung 12,5 juta meter kubik air.
Jika tembok bendungan runtuh, gelombang air setinggi ribuan meter akan mengalir sepanjang sungai Tigris ke arah kota Mosul dan menyapu 1,7 juta penduduknya. Belum lagi air bah itu akan membanjiri kota-kota besar, termasuk Baghdad.