TENTARA BAYARAN

Tentara Bayaran Berkedok Petugas Keamanan

CNN Indonesia
Jumat, 24 Okt 2014 11:30 WIB
Banyak yang meragukan Blackwater, perusahaan keamanan yang anggotanya para mantan tentara, apalagi setelah kasus penembakan Baghdad tahun 2007.
Pihak Blackwater mengaku kalau mereka diprovokasi saat kejadian penembakan di Baghdad tahun 2007, namun saksi mengatakan sebaliknya. (Reuters/Jonathan Ernst)
Jakarta, CNN Indonesia -- Blackwater adalah salah satu kontraktor keamanan terbesar di Irak.

Perusahaan ini mempekerjakan lebih dari 1.000 orang dan bertanggung jawab untuk menjaga keamanan para diplomat dan Kedutaan Amerika Serikat di Irak.

Saat melakukan pengawalan perjalanan di kota Baghdad, selalu ada helikopter hitam kecil yang terbang di atas kota dan juga iring-iringan kendaraan bersenjata di sekitar mobil pejabat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perusahaan Blackwater terdiri dari sembilan unit bisnis, mulai dari pasukan anjing penjaga, pasukan penerjun payung, pasukan pengamanan di lautan hingga membuat kendaraan lapis baja.

Seperti di Irak, Blackwater juga beroperasi di Afghanistan dan juga telah memiliki kontrak kerja dengan beberapa kepolisian di AS, seperti menjaga kepolisian New Orleans setelah terjadi Badai Katrina.

Blackwater bermarkas di Moyock, North Carolina dan memiliki semboyan sebagai perusahaan operasi militer profesional, penegak hukum, keamanan, penjaga perdamaian dan stabilitas yang paling komprehensif di dunia.

Perusahaan ini didirikan pada tahun 1997 oleh mantan anggota Navy SEAL Erik Prince dan Al Clark.

Pada bulan Oktober 2007, Blackwater USA memulai proses mengubah nama menjadi Blackwater Worldwide.

Namun tak lama berselang, Blackwater pecah kongsi.

Clark memulai perusahaannya sendiri yang didanai oleh orang-orang kaya, sedangkan Prince mengumumkan pengunduran dirinya sebagai CEO pada tanggal 2 Maret 2009 dan hingga saat ini memimpin perusahaan ekuitas swasta.

Blackwater mengumumkan bahwa mereka akan mengubah namanya lagi menjadi Xe Services LLC pada bulan Februari 2009.

Pada tahun 2010, sekelompok investor swasta yang membeli perusahaan Xe dan membangun perusahaan baru bernama Academi dengan CEO mantan Brigadir Jenderal Craig Nixon.

Tahun 2014 Academi melakukan merger dan hingga saat ini Academi berada di bawah perusahaan Consteilis Holdings, Inc.

Clark yang telah meninggalkan perusahaan diketahui kerap menyumbangkan dana untuk politisi-politisi Partai Republik, sementara Prince kini menjadi miliarder partai sayap kanan.

Kelesuan di dunia militer semenjak berakhirnya Perang Dingin membuat para tentara profesional kehilangan pekerjaan dan akhirnya menjadi anggota Blackwater.

Blackwater memperkerjakan mantan personil pasukan khusus dari Bosnia, Filipina, Israel dan Chile.

Puluhan ribu mantan petugas keamanan telah dipekerjakan sejak AS melakukan agresi militer tahun 2003 ke Irak.

Gaji seorang anggota Blackwater dikabarkan berjumlah US$1,000 per hari.

Blackwater memerintahkan para anggotanya untuk bertugas layaknya angkatan bersenjata, seperti menjaga keamanan bandara dan perbatasan.

Anggota lainnya dikontrak untuk memasak makanan, mencuci pakaian dan menjadi supir truk.

Namun, status anggota Blackwater yang tidak jelas, karena mereka adalah warga sipil yang kerap berada di zona perang. Dan ini menimbulkan kekhawatiran pihak militer resmi saat mereka harus bertemu dengan anggota Blackwater di lapangan.

Banyak yang mengatakan bahwa anggota Blackwater dapat disewa sebagai tentara bayaran karena anggota Blackwater sering beroperasi di luar jalur hukum dan bebas dari tanggung jawab.

Tahun 2007 beberapa anggota keamanan Blackwater dituduh terlibat dalam sebuah aksi penembakan di Baghdad yang menewaskan 17 orang saat melakukan pengamanan iring-iringan mobil pejabat AS.

Pada Oktober 2014, anggota Blackwater bernama Paul Slough (35), Dustin Heard (33) dan Evan Liberty (32) dinyatakan bersalah atas kasus Baghdad.

Sementara Nicholas Slatten (30) didakwa karena memicu tembakan dan terancam hukuman penjara seumur hidup.

Warga Irak yang mengaku tidak mengira keempatnya akan diadili karena biasanya para pelaku penembakan, apalagi dari AS, sulit dihadapkan ke meja hijau di Irak.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER