PENEMBAKAN KANADA

Pelaku Penembakan Berencana ke Suriah

CNN Indonesia
Jumat, 24 Okt 2014 15:15 WIB
Dari keterangan sang ibu, pelaku penembakan di Kanada diketahui sedang urus paspor untuk ke Suriah dan bergabung dengan ISIS.
PM Kanada menyatakan akan berjanji untuk mempercepat proses perundang-undangan Kanada terkait kewenangan polisi setelah aksi penembakan di sana. (Reuters/CBC)
Ottawa, CNN Indonesia -- Michael Zehaf-Bibeau (32 tahun), pelaku penembakan dalam serangan di Ottawa pada Rabu (22/10), diketahui sedang mengajukan permohonan paspor untuk pergi ke Suriah setelah mengalami "proses radikalisasi" di Kanada.

Kepolisian Kanada (RCMP) baru mengetahui bahwa tersangka akan menuju Suriah setelah polisi melakukan interogasi kepada ibu tersangka pada Rabu.

Di hari yang sama, sebelumnya Zehaf-Bibeau menembak seorang tentara Kanada di tugu peringatan perang nasional di Ottawa pada Rabu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia sempat melarikan diri ke kompleks gedung parlemen di mana Perdana Menteri Stephen Harper sedang melakukan pertemuan dengan anggota parlemen.

"Zehaf-Bibeau merupakan warga negara Kanada yang kemungkinan juga memiliki kewarganegaraan di Libya. Zehaf-Bebeau hingga kini tidak mempunyai hubungan dengan pelaku pembunuhan polisi di Quebec pada Senin (20/10)," ujar Bob Paulson, Komisaris dari RCMP.

"Sekarang kita perlu menyelidiki proses radikalisasi yang Zehaf-Bibeau alami. Ia adalah individu yang memiliki banyak catatan kriminal," ujar Paulson.

Dalam catatan kepolisian, Zehaf-Bibeau memang memiliki catatan kriminal terkait obat-obatan terlarang dan kekerasan, namun tidak ada catatan yang mengancam keamanan nasional.

Para pejabat AS mengatakan, kalau Zehaf-Bibeau merupakan seorang mualaf, sama seperti Martin Rouleau, yang melakukan serangan terhadap polisi pada Senin (20/10) dengan menabrakkan mobilnya kepada dua tentara Kanada yang sedang bertugas.

"Kami tidak memiliki informasi yang mengindikasikan kedua serangan ini saling terkait, namun kami tetap meningkatkan keamanan dan sedang menyelidiki apakah Zehaf-Bibeau disuruh atau menerima dana bantuan untuk melakukan serangan ini," ujar Paulson kepada wartawan di Ottawa.

Permintaan maaf ibu Zehau-Bibeau

Seorang wanita yang mengaku sebagai ibu Zehau-Bibeau, sempat mengeluarkan pernyataan pada Kamis (23/10) atas perbuatan yang dilakukan anaknya.

"Tidak ada kata yang bisa mengungkapkan kesedihan saat ini, saya berbelasungkawa atas apa yang terjadi," ujar Susan Bibeau, dalam sebuah pernyataan yang diberikan kepada Asosiasi Pers.

Zehau-Bibeau lahir di Montreal dari ayah berkebangsaan Libya dan ibu Kanada. Selama hidupnya, Zehaf-Bibeau pernah tinggal di Calgary dan Vancoucer.

Ia tinggal di penampungan tunawisma di Ottawa selama satu minggu sebelum melakukan serangan. Zehau-Bibeau diketahui tiba di Ottawa pada Selasa (02/10) untuk mempercepat permohonan paspor.

Steve Sikich, teman Zehaf-Bibeau di tempat penampungan tuna wisma di Vancouver menyebutkan kalau ia sering mendengar keinginan Zehaf-Bibeau untuk pergi ke Suriah dan bergabung dengan ISIS.

"Tapi dia tidak tampak seperti orang jahat," ujar Sikich.

Polisi juga sempat mewawancarai beberapa orang yang ada di tempat penampungan di Ottawa, namun tidak satupun yang mengetahui tentang keinginan Zehaf-Bibeau ke Libya.

Ketegangan kembali terjadi pada Kamis (23/10), saat polisi menangkap seorang pria yang mendekati lokasi penembakan ketika Perdana Menteri Kanada Stephen Herper sedang melakukan penghormatan dengan karangan bunga.

"Serangan ini hanya akan memperkuat respon Kanada akan serangan teroris. Saya berjanji untuk mempercepat proses perundang-undangan Kanada terkait kewenangan polisi di bidang pengawasan, penahanan dan penangkapan," ujar Herper.

Sisa -sisa dari kejadian penembakan Rabu masih terlihat di kawasan parlemen, seperti bekas lubang dan selongsong peluru yang tercecer di atas karpet tempat terjadinya baku tembak.

Menurut surat kabar Winnipeg Free, saat polisi sedang memburu Zehaf-Bibeau di gedung parlemen, PM Kanada bersembunyi di ruang lemari di dalam gedung hingga baku tembak tersebut usai.

"Kami mendengar begitu banyak suara tembakan dan keadaan tersebut cukup membuat trauma," ujar Jay Aspin, anggota parlemen yang dikutip surat kabar tersebut.

Sebelum Zehau-Bibeau melakukan serangan, pada Selasa (21/10), pemerintah Kanada telah mengirim enam pesawat tempur ke Timur Tengah untuk berpartisipasi dalam serangan udara yang dipimpin AS untuk menyerang militan ISIS yang telah mengambil alih sebagian wilayah Irak.

Serangan di Kanada, yang juga berdampak di AS, membuat pemerintah memperketat pengawasan di perbatasan Kanada serta mencabut paspor para tersangka yang diduga militan.

Komisaris Polisi Kanada menyebutkan kalau mereka menemukan sebuah surat elektronik Zehaf-Bibeau di hard drive seseorang yang dituduh sebagai teroris.

Namun, Zehau-Bibeau tidak termasuk dalam daftar 93 orang yang dianggap sebagai pendatang berisiko tinggi yang sedang diinvestigasi RCMP.

"Kami masih perlu memahami apa arti temuan tersebut. Jika kita mengaitkan temuan ini sebagai koneksi, surat elektronik itu bisa digunakan sebagai bukti memperkuat apa yang sedang terjadi," tambah Paulson.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER