Khartoum, CNN Indonesia -- Partai terbesar di Sudan telah memberikan persetujuan kepada Presiden Omar Hassan al-Bashir untuk maju sebagai kandidat presiden dalam pemilu mendatang.
Jika jadi maju dan menang, Bashir akan memimpin Sudan selama 25 tahun. Ia telah menjadi Presiden Sudan sejak 1993.
Karena telah dituduh sebagai penjahat perang dan melakukan genosida, Bashir sepatutnya takut tidak bisa meneruskan kepemimpinannya di Sudan. Namun dukungan internal terhadap Bashir ternyata masih besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemimpin partai Kongres Nasional menyetujui Bashir maju dengan perolehan suara sebanyak 94 persen dalam konferensi partai pada Sabtu (25/10). Empat kandidat lain telah tereliminasi awal minggu lalu.
Dukungan terhadap Bashir ini telah diduga sebelumnya oleh banyak pihak di Sudan: Bashir akan melanggar janjinya untuk mundur dan tidak maju lagi pada pemilu pada April 2015.
Bashir, yang kini berusia 70 tahun, pada Januari lalu berjanji untuk membuat beberapa perubahan, seperti memberikan kursi bagi pihak oposisi serta melakukan dialog nasional. Namun belum ada perubahan yang terlihat sejauh ini.
Beberapa oposisi yang aktif di Sudan telah kehilangan harapan akan terjadinya perubahan dalam iklim politik di Sudan dan sudah memngumumkan mereka anak memboikot pemilu.
Kondisi ekonomi yang memprihatikan sejak pemisahan Sudan dan Sudan Selatan pada 2011, termasuk inflasi yang baru-baru ini mencapai hingga 40 persen, membuat rakyat Sudan marah.
Namun, banyak juga yang merasa tidak bisa mempercayai kandidat lain. Bashir telah membuktikan diri sebagai politisi yang bisa bertahan terhadap beberapa percobaan kudeta, perang sipil dan isolasi dari dunia nternasional.
Sanksi InternasionalPBB memberi sanksi kepada Sudan pada 1993 karena menyewa 'teroris internasional'. Sudan juga mendapat sanksi dari dunia internasional akibat konflik di Darfur yang telah menewaskan ratusan ribu orang sejak 2003.
Pada 2009, isolasi terhadap Sudan makin parah ketika Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat penahanan terhadap Bashir.
Presiden Barack Obama memberitahukan pada Kongres Amerika pada Jumat (25/10), bahwa ia memperpanjang sanksi untuk Sudan yang telah dimulai sejak 1997.
Dalam pernyataan dari Gedung Putih, Obama mengatakan bahwa kebijakan Sudan sebagai "tidak normal dan menjadi ancaman bagi keamanan nasional serta kebijakan luar negeri Amerika Serikat".
Namun tidak ada reaksi mengenai kunjungan Bashir ke Kairo bulan ini. Mesir, yang khawatir akan kerusuhan di Libya setelah revolusi, mengatakan akan berkoordinasi dengan Sudan untuk membantu menstabilkan Libya. Sudan dan Mesir sama-sama berbatasan dengan Libya.
Dalam pidatonya ketika konferensi partai, Bashir mengisyaratkan kepercayaan dirinya bahwa isolasi terhadap Sudan akan segera berakhir.
"Banyak yang berharap Sudan akan terus terisolasi, namun kita melihat harapan dalam hubungan luar negeri kita," ujarnya.
Bashir merujuk kunjungannya ke Mesir dan Arab Saudi baru-baru ini. Ia berkata negara-negara Arab akan mengucurkan dana untuk proyek-proyek pemerintah dan karena itu akan mencegah Sudan meminjam dari IMF dan Bank Dunia.
Media-media Sudan pada awal Oktober melaporkan bahwa Arab Saudi telah menjamin dukungan finansial untuk Sudan setelah kunjungan Bashir. Meski begitu, tidak ada detail soal dukungan finansial tersebut.