ISIS DI SURIAH

Kurdi Suriah Bantah Capai Kesepakatan

CNN Indonesia
Jumat, 24 Okt 2014 23:25 WIB
Klaim Presiden Turki Recep Erdogan bahwa Kurdi Suriah telah mengijinkan pejuang FSA melewati wilayahnya untuk membantu mempertahankan Kobani dibantah. 
Presiden Turki enggan membantu koalisi melawan Irak karena khawatir Kurdi akan kuat. (Reuters/Ints Kalnins)
Istanbul, CNN Indonesia -- Seorang pejabat senior Kurdi Suriah membantah laporan presiden Turki bahwa suku Kurdi Suriah sepakat mengijinkan pejuang tentara Pejuang Pembebasan Suriah, FSA, masuk ke Kobani.

Para pejuang ini menurut presiden Turki Tayyip Erdogan akan membantu mempertahankan kota Kobani dari gempuran Negara Islam Irak dan Suriah, ISIS.

Presiden Erdogan sejak lama mendukung Tentara Pembebasan Suriah yang relatif sekular dalam pemberontakan melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad yang diwarnai dengan perpecahan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Erdogan juga berulang kali mengusulkan intervensi FSA di Kobani.

Ketidaksediaan Turki mengirim militernya yang kuat membantu membela Kobani telah membuat masyarakat Kurdi marah, tetapi tampaknya hal itu berakar pada kekhawatiran untuk tidak memperkuat masyarakat Kurdi dalam mendapatkan otonomi di Turki, Irak dan Suriah.

Pada Jumat (24/10) Erdogan mengatakan 1.300 pejuang akan memasuki Kobani setelah Partau Persatuan Demokratik Kurdi, PYD, sepakat mengijinkan mereka masuk, tetapi klaim ini dibantah oleh Salem Moslem, ketua bersama PYD.

"Kami sudah menjalin hubungan dengan FSA tetapi tidak ada kesepakatan seperti yang dikatakan Erdogan," ujar Moslem kepada kantor berita Reuters lewat sambungan telpon.

Pada acara jumpa pers ketika berkunjung ke Estonia, Erdogan mengatakan pihaknya sedang membicarakan rute masuk bagi para pejuang FSA dan mengindikasikan mereka akan masuk ke Kobani lewat Turki.

Tetapi Moslem mengatakan pembicaraan dengan Abdul Jabbar al-Aqidi, komandan tertinggi FSA, dan sayap militer PYD mengenai peran pemberontak FSA masih terus berlangsung.

"Sudah ada kelompok-kelompok yang memiliki hubungan dengan FSA di Kobani dan membantu kami," ujarnya.
Moslem mengatakan lebih baik FSA membuka pertempuran baru melawan ISI di Suriah.

"Secara politis kami tidak keberatan dengan FSA…Tetapi menurut pendapat saya, jika mereka ingin membantu seharusnya mereka membuka pertempuran baru seperti menyerang dari Tel Abyard atau Jarablus," katanya.

Dia merujuk pada dua kota perbatasan Suriah yang telah dikuasai oleh ISIS ketika kelompok ini merebut wilayah di Irak dan Suriah, mengeksekusi Muslim non-Sunni dan mendirikan satu Kalifah di wilayah perbatasan Suriah dan irak.

Kedigjayaan ISIS mengejutkan banyak pihak di Timur Tengah dan Barat yang menyebabkan serangan udara pimpinan Amerika untuk "mengecilkan dan menghancurkan" kaum perlawanan ini.

Para pejabat AS hari Kamis (23/10) mengatakan bahwa Kobani, yang terletak di satu lembah dan bisa terlihat jelas dari wilayah Turki, tampaknya tidak lagi terancam direbut oleh ISIS setelah serangan udara koalisi dan pengiriman senjata.

Namun ancaman akan hal ini masih tetap ada.
Serangan udara koalisi pimpinan Amerika tampaknya berhasil menahan laju ISIS di Kobani. (Reuters/Kai Pfaffenbach)
Turki tidak mau bergabung dalam koalisi pimpinan AS melawan ISIS ini, tetapi setelah ditekan terus menerus Erodan menyatakan bahwa sejumlah pejuang Kurdi peshmerga dari Irak akan diijinkan transit di Turki sebelum berangkat ke Kobani.

Pertaruhan Kredibilitas

Meskipun para pejabat Turki dan AS mengakui Kobani secara strategis tidak penting, nasib kota itu kini menjadi ujian atas kredibilitas reaksi koalisi internasional terhadap ISIS.

Pada akhir minggu lalu, pesawat tempur AS menjatuhkan senjata ringan untuk para pejuang Kobani yang tidak sejalan dengan keinginan Turki yang menggambarkan para pejuang itu sebagai teroris karena hubungan mereka dengan Partai Pekerja Kurdi, PKK, yang dilarang dan selama satu dekade melancarkan aksi pemberontakan terhadap pemerintah Turki.

Kecurigaan Ankara atas pasukan Kurdi diimbangi dengan dukungan kuatnya terhadap FSA yang dipandang sebagai insrumen penting dalam upaya menggeser Presiden Bashar Assad, yang dulu merupakan sekutu Erodan tetapi sekarang menjadi musuhnya.
Kobani terletak di lembah yang bisa dilihat dengan jelas dari wilayah Turki. (Reuters/Kai Pfaffenbach)
Namun FSA hanyalah istilah untuk menggambarkan puluhan faksi pemberontak yang tidak memiliki pusat komando.

Kebanyakan kelompok yang mengaku sebagai FSA mengeluhkan minimnya persenjataan dan sumber daya manusia sehingga tidak bisa melawan Assad dan juga kelompok perlawanan Islamis yang memiliki senjata lebih canggih.

Moslem dari PYD mengatakan kecewa dengan reaksi Turki.

"Ketika bertemu di Turki, saya berharap bantuan akan datang dalam 24 jam. Sekarang sudah lebih dari satu bulan dan kami masih menunggu," ujarnya.

Dalam wawancara terpisah dengan koran Arab, Moslem mengatakan bahwa pertempuran mempertahankan Kobani akan berubah menjadi perang pembantaian kecuali suku Kurdi bisa mendapatkan senjata yang bisa menghancurkan tank dan kendaraan lapis baja.

Dia dikutip Asharq al-Awsat bahwa kubu Kurdi baru-baru ini menerima informasi bahwa ISIS berniat mempergunakan senjaga kimia untuk ditembakkan ke Kobani dengan mempergunakan mortis, setelah mengepung kota itu dengan 40 tank.

"Jika saja kami menerima senjata yang lebih kuat, kami akan bisa menembak tank dan kendaraan lapis baja lain yang mereka gunakan - kami mungkin bisa mengubah situasi pertempuran ini," kata Moslem.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER