PENEMBAKAN DI AS

Mudahnya Membeli Senjata Api di Amerika

CNN Indonesia
Selasa, 28 Okt 2014 11:26 WIB
Kepemilikan senjata api oleh warga sipil diatur oleh Konstitusi di Amerika Serikat. Namun hasilnya adalah banyaknya kasus penembakan yang terjadi di negara itu.
Presiden Barack Obama memperketat penjualan senjata di Amerika Serikat, namun pistol dan senapan malah laris manis. (Getty Images/Scott Olson)
Washington, CNN Indonesia --
Penembakan kembali terjadi di sekolah di Amerika Serikat, menewaskan tiga orang termasuk pelaku yang bunuh diri, menambah panjang daftar korban tewas akibat senjata api di negara yang melegalkan kepemilikan pistol dan amunisi.

Penggunaan senjata oleh warga sipil di AS termaktub dalam Amandemen Kedua Konstitusi AS tahun 1971, yang mengatur kebebasan kepemilikan senjata yang tidak bisa diganggu gugat oleh negara.

Alhasil berdasarkan Small Arms Survey tahun 2007, AS menjadi negara dengan kepemilikan senjata oleh sipil terbanyak di dunia, sekitar 88,8 senjata setiap 100 orang, disusul oleh Yaman, Swiss, Finlandia dan Serbia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebenarnya AS punya regulasi yang mengatur kepemilikan senjata api. Mereka yang punya catatan kriminal, perilaku buruk, pecandu narkoba, gangguan mental atau pelaku kekerasan dalam rumah tangga secara hukum AS haram memiliki senjata api.

Ada lebih dari 130 ribu penjual senjata api yang terdaftar di Amerika Serikat. Pembeli melalui toko-toko ini harus menjalani pemeriksaan latar belakang yang sangat ketat.

Namun, celah penjualan senjata api terdapat di internet, tempat ribuan pedagang senjata api, mulai dari pistol hingga senapan serbu menjajakan dagangannya.

Menurut Kementerian Kehakiman AS, dikutip dari Washington Post, tahun 2000 ada sekitar 4.000 situs penjualan senjata. Diperkirakan jumlahnya terus naik hingga saat ini.

Celah lainnya adalah penjualan dari tangan ke tangan, dari warga yang menjajakan senjata mereka ke orang lain di internet, bertemu di sebuah tempat dan melakukan transaksi, tanpa adanya pemeriksaan latar belakang.

Pembelian senjata lewat internet inilah yang dilakukan oleh pelaku penembakan di bioskop kota Aurora, Colorado, tahun 2012 lalu yang menewaskan 12 orang dan melukai 70 lainnya.

Menurut laporan polisi, pelaku penembakan tersebut, James Eagan Holmes, memborong lebih dari 6.000 amunisi dari internet dan senapan serbu AR-15 dari toko senjata setempat.

"Internet adalah pasar yang terbuka. Internet telah mengubah segalanya. Kau tidak perlu menunjukkan diri saat membeli sesuatu, begitulah yang berlaku," kata Tom Mauser, advokat pengendalian senjata di Colorado, yang putranya tewas dalam penembakan di SMA Columbine yang menewaskan 12 orang.

Pada tahun 2011, pemerintah kota New York melakukan penyelidikan dengan menyamar dan berhasil membeli senapan dan pistol pada sebuah pameran senjata tahun 2011, kendati agennya telah mengaku tidak akan lolos persyaratan kepemilikan senjata api.

Pemerintah New York menemukan bahwa 54 persen pedagang di situs Armslist.com, penjualan senjata terbesar di AS, akan menjual dagangan mereka kepada siapa pun, termasuk yang tidak lolos persyaratan.

Penyelidikan tersebut dilakukan setelah kasus penembakan di Tucson, Arizona yang menewaskan enam orang dan melukai 13 lainnya.

Walikota New York kala itu, Michael Bloomberg, pejabat pemerintahan yang pro pengendalian senjata, mengatakan bahwa senapan dan pistol sangat mudah didapatkan. Dia menekankan, lebih dari 400 ribu orang terbunuh akibat senjata api sejak tahun 1968 saat Martin Luther King dan Robert F. Kennedy tertembak.

Debat panjang

Perdebatan soal pengendalian senjata terus bergulir sejak tahun 1990an seiring semakin banyaknya kasus kekerasan dengan senjata api.

Mereka yang pro mengatakan bahwa kepemilikan senjata diatur oleh Konstitusi dan diperlukan warga untuk melindungi diri serta tidak terkait langsung dengan kekerasan. Sementara penentangnya menghadirkan statistik kematian akibat senjata.

Debat di parlemen antara Presiden Barack Obama dan Partai Demokrat yang menginginkan pengendalian senjata melawan Partai Republik yang pro-senjata masih sengit.

Tahun 2013, menyusul banyaknya kasus penembakan, Obama menggunakan hak eksekutifnya untuk memperketat penjualan senjata api, disusul oleh 25 peraturan lainnya pada awal 2014.

Namun, semakin ketat pemerintah Obama memberangus penjualan senjata, malah justru meningkatkan angka penjualan. Bahkan, tahun 2013 usai Obama mengeluarkan peraturan baru, angka penjualan senjata mencapai rekor baru melampaui tahun sebelumnya, laris manis bak menjual kacang goreng.

Catatan pemeriksaan latar belakang pembelian senjata oleh FBI menunjukkan orang yang membeli senjata tahun 2013 mencapai lebih dari 21 juta. Texas adalah yang terbanyak dengan 1,6 juta orang, Kentucky yang kedua dengan 1,5 juta orang.

Penjualan di negara-negara bagian yang memperketat perdagangan senjata justru meningkat dua kali lipat, seperti di Maryland mencapai 136 ribu dan Colorado hingga 414 ribu.

Siapa yang membeli senjata ini? Menurut Yayasan Olahraga Menembak Nasional AS dan NBC News, pembelian senjata oleh wanita terus meningkat tiap tahunnya berdasarkan data statistik.

Baca juga:

Rentetan Panjang Penembakan di Sekolah

Penembak Kirim Pesan Teks kepada Korban

Siswa SMU Tembak Teman dan Sepupu

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER