ANCAMAN TERORISME

Kisruh Libanon Untungkan Petani Ganja

CNN Indonesia
Rabu, 29 Okt 2014 14:54 WIB
Upaya pemberantasan ladang ganja sejak tahun 1990 terhenti karena aparat sibuk menjaga perbatasan dengan Suriah. Akibatnya, petani menanam ganja dengan leluasa.
Pemberantasan ladang ganja di Libanon terhenti karena aparat sibuk menjaga perbatasan. Akibatnya, petani ganja kegirangan karena untung besar. (Reuters/Omar Ibrahim)
Jakarta, CNN Indonesia -- Situasi keamanan yang memburuk di Libanon akibat menjalarnya konflik Suriah ke negara tetangga membuat warganya hidup dalam ketakutan. Namun ini justru berkah tersendiri bagi para petani ganja, yang usahanya tidak lagi direcoki tentara.

Menanam ganja memang ilegal di Libanon, namun keuntungan yang menggiurkan membuat banyak warganya, terutama di wilayah miskin di Provinsi Lembah Bekaa, terpaksa menanamnya walaupun mendapatkan perlawanan dari pemerintah.

Bahkan tahun 2012, Badan Kriminal dan Narkoba PBB memasukkan Libanon ke dalam lima negara produsen cannabis terbesar dunia, hampir setara dengan volume panen daun mariyuana di Pakistan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah sejak berakhirnya perang sipil tahun 1990 melakukan pemberantasan, termasuk menggusur lahan petani, membakar pohon-pohon ganja dan menutup akses penanaman barang haram tersebut.

Namun sejak konflik di Suriah pecah lebih dari 3 tahun lalu, aparat dan tentara sibuk menjaga perbatasan dari masuknya pasukan militan bersenjata ke Libanon, ketimbang mengawasi para petani ganja.

Selama perang berlangsung, petani ganja untung besar. Sejak 2012, setiap tahunnya mereka berhasil memanen 1.000 ton ganja.

Dari 1990an hingga 2012, pemberantasan ganja dilakukan tiap tahun. Tapi tahun 2012 dihentikan karena situasi keamanan di perbatasan dan ketidakstabilan di Suriah,  kata kepala unit pemberantasan narkoba Libanon, Kolonel Ghassan Shamseddine kepada Reuters Mei lalu.

Petani Bersenjata

Sekarang, para petani mempersenjatai diri mereka menyusul ancaman yang kian nyata dari kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah, ISIS, yang kekuatannya merambat dari Suriah, Irak hingga ke perbatasan Libanon.

Hal ini bisa dipahami, pasalnya Lembah Bekaa terletak tidak jauh dari Suriah, dan pasukan Libanon tengah memerangi militan Islam di kota perbatasan Arsal dan Tripoli.

ISIS dan al-Qaidah dikenal tidak berkompromi dengan petani ganja. Agustus lalu, ISIS mengeluarkan video yang memperlihatkan mereka membakar ladang ganja di Suriah.

"Saya akan membakar tank ISIS jika mereka datang. Jika saya melihat kendaraan berisi tentara ISIS, saya akan membakarnya," kata Abo Hamoudi, 65, kepada stasiun berita SBS (27/10).

Namun Ghassan mengatakan, petani hanya menggunakan alasan ancaman ISIS untuk mempersenjatai diri mereka dalam melawan tentara.

"Tapi tentu saja, jika ada serangan dari luar Libanon, mereka akan menggunakan senjata itu untuk membantu tentara," kata Ghassan.

Petani ganja di Lembah Bekaa memiliki puluhan hektar ladang mariyuana, tanaman yang paling menguntungkan untuk dijual ketimbang gandum, bawang dan kentang yang juga mereka tanam.

Tanaman ganja mudah tumbuh di wilayah yang kering, cocok dengan iklim Libanon yang panas.

Bibit mariyuana dibeli petani antara US$100 hingga US$150 per dunum, atau puluhan hektar dengan keuntungan saat panen hingga mencapai US$3.000 per dunumnya.

Muncul wacana untuk melegalkan ganja demi meningkatkan perekonomian rakyat Libanon.

Ahli ekonomi Marwan Iskander kepada Reuters mengatakan dengan melegalkan ganja akan membantu Bekaa dan wilayah miskin lainnya di negara itu, yaitu Akkar, untuk maju. Selain itu akan menambah pemasukan wilayah hingga US$400 juga dan keuntungan nasional US$2 miliar.

"Di saat seperti ini akan berdampak sangat besar. Libanon perlu pertaian ini untuk membangkitkan ekonomi di Bekaa dan Akkar," kata Iskander.

Baca juga:

Drone Hizbullah Jadi Ancaman Baru Dunia

Serangan Jantung Mengintai Pemakai Ganja

Menguak Mitos Seputar Ganja

Legalisasi Ganja: Sia-sia dan Berbahaya
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER