Beirut, CNN Indonesia -- Libanon tengah melakukan negosiasi untuk membebaskan dua tentara yang ditangkap kelompok militan Sunni di negara tersebut.
Menteri Kesehatan Libanon, Wael Abu Faour, tidak menyebutkan dengan kelompok mana ia berbicara, tetapi yang pasti ia bernegosiasi dengan ISIS dan Al-Qaidah sayap Suriah, karena sebelumnya Front Nusra telah menangkap tentara Libanon dan menewaskan tiga orang lainnya.
"Kami menerima permintaan khusus dari para penculik untuk melakukan pertukaran, sehingga bisa menghentikan eksekusi tentara, intinya ini demi sesuatu yang positif," ujar Faour, dikutip dari Reuters (28/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bentrokan antara militan Sunni dan Syiah di Libanon terjadi setelah kelompok Hizbullah dituduh bekerja sama dengan tentara Libanon dalam membantu Presiden Bashar al-Assad dalam menggempur masyarakat Suriah.
Pertempuran dua hari di kota pesisir Tripoli, Libanon, berakhir pada Senin lalu dan menewaskan sedikitnya sebelas tentara, delapan warga sipil dan 22 gerilyawan. Saat ini, kota tersebut telah direbut pasukan pemerintah.
Pertempuran tersebut merupakan yang terburuk di Libanon terkait konflik di Suriah dan sudah terjadi sejak awal Agustus lalu saat gerilyawan melancarkan serangan ke kota Ansar dan menyandera 20 tentara pemerintah.
Libanon sendiri telah menderita akibat perang saudara selama 15 tahun yang baru berakhir pada 1990 silam.
Mantan perdana menteri dan politisi Sunni yang paling berpengaruh di Libanon, Saad al-Hariri, pada Selasa, (28/10) mengatakan bahwa tindakan tentara harus didukung.
"Kaum Sunni di Libanon akan dan selalu menjadi contoh yang baik untuk moderasi dan persatuan, kami akan menentang semua upaya yang dilakukan untuk melemahkan tentara," ujar al-Hariri dalam suatu pernyataan.