Beijing, CNN Indonesia -- Pesawat nirawak alias drone identik dengan kekerasan dan pembunuhan karena banyak digunakan untuk keperluan militer seperti pengeboman dan penyusupan.
Adalah perusahaan DJI asal Tiongkok yang berusaha mengubah citra negatif ini.
Produk drone "ramah" DJI adalah Phantom, sebuah helikopter nirawak yang berwarna putih dan desain yang futuristik, jauh dari kesan angker.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Drone dengan empat baling-baling ini membawa sebuah kamera definisi tinggi untuk merekam dan memotret daratan dan citranya dikirimkan secara live lewat wi-fi di ponsel pintar pengguna.
"Benda ini terbuat dari plastik putih. Tidak menyeramkan. Sangat mudah digunakan oleh banyak orang," kata Eric Cheng, direktur pencitraan udara DJI.
DJI meyakini, benda yang bisa dikendalikan dengan aplikasi di ponsel pintar ini akan menjadi benda wajib bagi para pecinta fotografi.
Sehingga di masa depan, kata Eric, masyarakat akan melakukan selfie dengan drone, atau yang disebutnya "dronies".
"Alat ini sebenarnya berfungsi seperti tongkat selfie, namun membuka dimensi ketiga dalam penempatan kamera," kata Cheng.
Mengubah citraNamun perusahaan yang didirikan tahun 2006 dan memiliki karyawan 2.500 orang ini kesulitan menjualnya di beberapa negara karena peraturan yang ketat terkait industri penerbangan.
Amerika Serikat salah satunya, memiliki peraturan drone tidak boleh terbang di atas 12 meter dan hanya boleh dimiliki oleh penghobi, bukan untuk tujuan komersial seperti iklan.
Sementara di Australia dan Selandia Baru peraturannya lebih longgar.
Cheng mengatakan, Phantom buatan mereka digunakan di negara itu di sektor pertambangan dan agrikultur hingga perumahan dan suaka alam.
Drone selama ini dikenal sebagai alat pengebom yang dimiliki Amerika Serikat untuk menyerang target di Yaman, Pakistan dan Afganistan, menewaskan ribuan orang.
Karena citra inilah Cheng dalam wawancara dengan CNN mencoba menghindari kata "drone" jika tidak terpaksa betul.
Dia mengatakan, DJI berusaha untuk mengubah citra buruk tersebut.
"Sangat menyenangkan ketika mengetahui orang yang menggunakan produk ini menganggap drone sebagai sesuatu yang biasa, tidak lagi menakutkan," kata Cheng.
Produksi drone kian menggiurkan bagi perusahaan-perusahaan pembuat pesawat terbang menyusul kebutuhan yang besar terhadap pesawat nirawak ini.
Produksi DJI tidak bisa disandingkan dengan pemain-pemain besar dunia, yang tidak hanya membuat drone untuk pencitraan udara, tapi juga untuk pertahanan.
Salah satunya adalah produsen pesawat Boeing dengan drone Phantom Eye yang bisa terbang di ketinggian 65 ribu kaki selama empat hari tanpa mengisi bahan bakar.
Perusahaan Lockheed Martin Corporation juga punya drone andalan, The Stalker.
Sementara armada drone Northrop Grumman laris dibeli oleh Korea Selatan pada 2012 senilai US$1,2 miliar.