Jakarta, CNN Indonesia -- Dua jet tempur terbaru Amerika Serikat F-35C sukses mendarat perdana menggunakan sistem kait ekor di kapal induk USS Nimitz di lepas pantai San diego pada Senin waktu setempat.
Menurut juru bicara program gabungan F-35 Pentagon, Joe DellaVedova, pendaratan tersebut adalah bagian dari pengujian selama dua bulan di laut hingga 17 November mendatang.
Kesuksesan uji coba ini menandai babak penting bagi proyek senjata terbesar Pentagon yang memakan biasa hingga uS$399 miliar untuk menggantikan puluhan jet tempur lainnya yang telah digunakan sejak lama oleh AS dan negara-negara sekutunya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah bertahun-tahun program ini tertunda dan melampaui anggaran, akhirnya pengembangan F-35 berhasil diproduksi setelah dilakukan restrukturisasi militer AS pada 2010.
Pengujian kali ini dilakukan untuk mengetahui kinerja F-35C di atas kapal induk dan mempersiapkan pesawat canggih ini untuk digunakan di armada laut AS pada 2018.
Menurut salah satu pilot yang mendaratkan F-35C, uji coba kemarin merupakan sebuah "pencapaian".
"Saya sangat senang melihat pesawat terbaru Amerika di landasan pacu kapal induk tua ini," kata Wilson.
F-25C nantinya akan beroperasi bersama dengan armada F/A-18E/F Super Hornets, EA-18G Growler, E-2D Hawkeye, helikopter MH-60R/S dan pesawat pembawa logistik kapal induk.
Perusahaan produsen F-35, Lockheed Martin, mematok harga untuk satu unit F-35C sebesar US$116 juta, belum termasuk mesin, menjadikan pesawat ini yang termahal di antara tiga tipe F-35 lainnya.
Pembuat mesin Pratt & Whitney mengatakan bulan lalu bahwa mereka mendapatkan kontrak kerja senilai lebih dari US$1 miliar untuk 48 mesin pesawat F-35C.
Pentagon menargetkan memiliki lebih dari 2.400 jet tempur, sementara ratusan unit lainnya akan dijual ke negara sahabat, seperti Korea Selatan, Jepang dan Australia.
Lebih dari 100 pesawat F-35C telah dirancang sejauh ini, kebanyakan untuk pengujian, tapi masih terus dilakukan pengembangan dan latihan.
Pentagon mengatakan, F-35C akan menjadi jet tempur yang "paling terjangkau, mematikan, tangguh dan punya banyak sarana pendukung yang pernah digunakan" oleh militer di seluruh dunia.