Naypyidaw, CNN Indonesia -- Presiden Indonesia Joko Widodo menegaskan pentingnya perdamaian di ASEAN, terutama terkait sengketa perbatasan di Laut Tiongkok Selatan yang menyebabkan ketegangan antara Tiongkok dan negara-negara Asia Tenggara.
Dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri RI kepada CNN Indonesia, Rabu (12/11), Jokowi dalam pidatonya pada KTT ASEAN di Naypyidaw, Myanmar, menyerukan semua pihak yang bersengketa di Laut Tiongkok Selatan untuk menahan diri, menjalankan Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea (DoC), dan mempercepat kesepakatan Code of Conduct (CoC).
"Presiden RI juga menyampaikan pentingnya negara-negara di kawasan untuk saling menghormati kedaulatan masing-masing, menyelesaikan masalah dengan cara-cara damai, dan dalam isu Laut Tiongkok Selatan menyerukan semua pihak untuk menahan diri," ujar pernyataan Kemlu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi juga menegaskan perlunya penanganan sumber-sumber konflik di laut -- seperti pencurian ikan, pelanggaran wilayah, penyelundupan dan sengketa wilayah.
"Presiden RI juga menggarisbawahi pentingnya penguatan kapasitas, kredibilitas dan persatuan ASEAN guna mempertahankan sentralitas ASEAN dan dijadikan dasar dalam membawa ASEAN pasca 2015," ujar Kemlu.
Dalam mewujudkan Komunitas ASEAN 2015, Jokowi menekankan pentingnya implementasi Master Plan on ASEAN Connectivity termasuk infrastruktur di bidang maritim, peningkatan perdagangan intra-ASEAN dari 24,2 persen menjadi 35-40 persen, meningkatkan PDB ASEAN dua kali lipat dari US$ 2.2 triliun menjadi US$ 4.4 triliun pada tahun 2030, serta ajakan untuk melakukan upaya bersama dalam mengurangi separuh angka kemiskinan di kawasan pada tahun 2030 dari 18,6% menjadi 9,3%.
"Presiden RI menegaskan bahwa rakyat harus mendapat manfaat dari kerjasama ASEAN," lanjut Kemlu.
Jokowi tiba di Myanmar pada Selasa malam di Myanmar untuk menghadiri KTT ke-25 ASEAN pada tanggal 12 November 2014 di Nay Pyi Taw, Myanmar.
Jokowi didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN I Gusti Agung Wesaka Puja (Ketua SOM ASEAN-Indonesia) dan Dubes RI untuk Myanmar Ito Sumardi.
KTT ke-25 ASEAN menghasilkan beberapa kesepakatan di antaranya Deklarasi Naypyidaw terkait kerangka dan elemen-elemen penting bagi penyusunan visi Komunitas ASEAN paska 2015, Deklarasi untuk penguatan Sekretariat ASEAN dan peninjauan kembali badan-badan ASEAN (Declaration on the Strengthening of the ASEAN Secretariat and Reviewing the ASEAN Organs), serta Chairman’s Statement of the 25th ASEAN Summit (dikeluarkan oleh Ketua ASEAN) yang memuat berbagai capaian, kesepakatan serta perkembangan terakhir kerjasama ASEAN.
Dua isu utamaKTT ke-25 ASEAN ini merupakan KTT ASEAN kedua kalinya yang digelar dalam masa keketuaan Myanmar selama tahun 2014. Keketuaan Myanmar tahun ini merupakan yang pertama kali bagi Myanmar sejak bergabung dengan ASEAN pada tahun 1997.
Tema yang diusung Myanmar adalah “Moving Forward in Unity to a Peaceful and Prosperous Community, dengan harapan solidaritas ASEAN, yang merupakan kunci utama bagi ASEAN, dapat terbangun sehingga ASEAN dapat sepenuhnya terintegrasi dalam sebuah komunitas yang diterima oleh dunia.
Pada KTT ASEAN kali ini, para Kepala Negara ASEAN membahas dua isu utama yakni Komunitas ASEAN 2015 dan Komunitas ASEAN Paska 2015, serta pembahasan isu regional dan internasional.
Diskusi para Kepala Negara mengenai Komunitas ASEAN dan paska 2015 meliputi elemen-elemen paska 2015, penguatan Sekretariat ASEAN, pekerja migran, sentralitas ASEAN, dan penguatan konektifitas ASEAN.
Sementara isu-isu internasional yang dibahas diantaranya adalah isu penanganan Ebola, arsitektur regional di Asia Pasifik, Laut Tiongkok Selatan, perubahan iklim, pemberantasan terorisme, perdagangan manusia, bencana alam, dan kasus ISIS, Suriah, Ukraina, Semenanjung Korea, Palestina dan isu-isu internasional lainnya.
Penerbangan langsungDalam pertemuan bilateral antara Jokowi dengan Presiden Myanmar Thein Sein, diperoleh kesepakatan untuk membuka penerbangan langsung (direct flight) dan perbankan langsung (direct banking).
Selain sepakat membuka penerbangan dan perbankan langsung, kedua negara juga satu suara dalam meningkatkan perdagangan dan investasi, baik oleh BUMN atau pun pihak swasta Indonesia di Myanmar, terutama di sektor pertambangan, infrastruktur dan telekomunikasi.
Presiden Jokowi mengaku bahwa ini merupakan pertemuan perkenalan kedua negara sejak dirinya baru menjabat sebagai Presiden Indonesia.
Dalam kesempatan ini, Presiden Jokowi menegaskan bahwa Indonesia akan memperkuat dan meningkatkan kerja sama bilateral RI-Myanmar.
"Indonesia akan tetap menjadi sahabat Myanmar dalam mengembangkan hubungan bilateral dan dalam konteks pemajuan ASEAN," ujar pernyataan Kemlu.