Nairobi, CNN Indonesia -- Dibalut dengan kulit binatang dan dihiasi oleh coreng cat putih di wajah, empat gadis remaja berjongkok di atas sebuah batu besar di pelosok desa di wilayah barat Kenya setelah disunat, tradisi yang telah dilarang oleh pemerintah Kenya sejak tiga tahun lalu.
Seperti empat gadis tadi, lebih dari seperempat perempuan di Kenya telah menjalani penyunatan yang sudah menjadi tradisi ketika perempuan menjalani masa peralihan.
"Ini adalah tradisi yang akan terus dilakukan sampai kapanpun," ujar ayah dari salah satu gadis tersebut di pedalaman Pokot, 80 kilometer dari kota Marigat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gadis-gadis ini disunat untuk menikah. Ini transisi seorang gadis dalam kewanitaan," ujarnya menambahkan.
Berbalut syal berwarna cerah, gadis-gadis ini menghabiskan malam dengan meringkuk di dekat perapian di sebuah rumah beratap jerami, di mana para perempuan lain berkumpul untuk bernyanyi dan menari menghibur gadis-gadis yang telah disunat.
 Lebih dari seperempat perempuan Kenya masih disunat dan hukum tak bisa berbuat banyak untuk menentang tradisi ini. (Reuters/Siegfried Modola) |
Seorang wanita kemudian terjatuh pingsan setelah menyesap anggur lokal.
Tradisi penyunatan ini sangat ekstrim karena mencakup prosesi pemotongan alat kelamin perempuan. Organ klitoris dan alat kelamin luar dipotong, kemudian dijahit untuk mengurangi hasrat seksual wanita.
Penyunatan dilakukan dengan menggunakan silet, pecahan kaca atau gunting.
Lembaga PBB yang mengurusi anak-anak, UNICEF, mengatakan lebih dari 125 juta perempuan di 29 negara di Afrika dan Timur Tengah menjalani tradisi sunat.
Sunat telah menjadi hal yang biasa di kalangan masyarakat Pokot dan seorang ibu dari salah satu gadis percaya tradisi ini merupakan simbol kekuatan.
"Rasa sakit akan membuatnya kuat. Ia dapat menunjukkan kepada yang lainnya bahwa ia bisa bertahan," ujar ibu tersebut setelah anak gadisnya disunat oleh tetua Pokot yang mengenakan baju berkerah manik-manik dan anting kuningan besar.
"Saya bangga dengan anak gadis saya yang melakukan hal ini," ujar tetua tersebut.
 Sunat diberlakukan bagi para perempuan yang memasuki masa transisi menuju kedewasaan. (Reuters/Siegfried Modola) |
Hukum Kenya memberikan hukuman penjara seumur hidup ketika seorang gadis meninggal dunia akibat tradisi ini karena tradisi ini menimbulkan sakit yang luar biasa, pendarahan, perasaan terguncang dan dapat menyebabkan komplikasi saat melahirkan.
Sebagai tindak lanjut hukum ini, pemerintah Kenya membentuk lembaga penuntut pada Maret lalu dan saat ini sedang menyelidiki 50 kasus.
Pejabat optimistis dapat mengubah tradisi tersebut, namun mereka mengaku masih khawatir karena praktik ini terlalu mendarah daging sehingga hukum ditakutkan tak akan berpengaruh.
"Kami menghadapi segudang tantangan," ujar Christine Nanjala yang mengepalai lembaga penuntut di Kenya.
“Ini seperti kalian akan menemui praktik yang sangat dihargai. Dan ketika kalian memutuskan untuk tetap diam dan tidak melaporkannya, kalian akan mendapat hukuman,” ujar Nanjala.
Namun, Nanjala tetap optimis bahwa tradisi penyunatan ini lambat laun akan segera dihapuskan.
"Tidak besok, tetapi akan berakhir. Karena pada akhirnya, tanpa harapan, kalian tidak memiliki apa-apa," ujar Nanjala.