Tripoli, CNN Indonesia -- Beberapa bom meledak di dekat Kedutaan Besar Mesir dan Kedutaan Besar Uni Emirat Arab di Tripoli, ibukota Libya, pada Kamis (13/11). Belum ada laporan korban jiwa ataupun kerusakan besar dalam serangan tersebut.
Sebelumnya, serangan bom bunuh diri menggunakan mobil terjadi bertubi-tubi di beberapa kota Libya pada Rabu (12/11). Kota-kota tersebut masih di bawah pemerintahan sah Libya yang diakui dunia internasional.
Mesir dan Uni Emirat Arab memutuskan untuk menarik pejabat-pejabat mereka dari Libya setelah beberapa negara lainnya melakukan hal tersebut sepanjang musim panas tahun ini. Hal ini merupakan respons dari adanya konflik antara grup-grup bersenjata yang memperebutkan kontrol atas Libya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang saksi mata mengatakan bom di dekat Kedutaan Besar Mesir tersebut merusak beberapa toko dan gedung di sekitarnya, namun masih belum jelas apakah gedung kedutaan terkena dampaknya.
Masih belum jelas apakah kedutaan-kedutaan tersebut adalah target utama bom-bom itu. Reuters juga belum dapat mengkonfirmasi apakah ada pejabat maupun penjaga yang berada di dalam gedung saat kejadian.
Tiga tahun setelah kematian Muammar Gaddafi, Libya masih mengalami permasalahan keamanan karena persaingan kelompok bersenjata demi menguasai sumber daya minyak negara anggota OPEC tersebut.
Sebuah grup bersenjata tersebut telah mengambil alih Tripoli dan mendirikan pemerintahan serta parlemennya sendiri.
Grup ini membuat parlemen dan pemerintahan sah pimpinan Perdana Menteri Abdullah al-Thinni terusir dari Tripoli ke Tobruk di timur Libya.
Kedua pihak secara rutin menuding satu sama lain mencari dukungan dari negara-negara tetangga. Banyak pejabat-pejabat kedutaan besar negara lain yang telah meninggalkan Tripoli sejak kota tersebut diambil alih.
PBB telah berusaha melakukan mediasi antara grup-grup tersebut, namun sejauh ini usaha PBB mengadakan gencatan senjata atau bahkan mempertemukan mereka untuk bernegosiasi masih belum berhasil.