Yangon, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat Barrack Obama pada Jumat (14/11) akan bertemu dengan pemenang Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi di Myanmar.
Suu Kyi adalah ikon pro-demokrasi yang telah menghabiskan 15 tahun menjadi tahanan rumah hingga akhirnya dibebaskan akhir 2010 dan menjadi anggota parlemen pada 2012.
Tahun 2012 Obama mengunjungi Myanmar ketika negara tersebut baru saja mengalami reformasi politik menuju demokrasi pada 2011 setelah 49 tahun berada di bawah kekuasaan junta militer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Minggu ini Obama tiba di Myanmar dalam rangka KTT Asia Timur.
Obama menilai situasi saat ini tidak seperti yang diharapkan banyak pihak.
"Beberapa bagian dari upaya reformasi telah terhenti, beberapa bagian bergerak maju dan beberapa bagian lainnya kami lihat mundur ke belakang. Jadi, saya kira ini gambaran yang beragam," ujar Ben Rhodes, wakil penasihat Keamanan Nasional AS, pada Kamis (13/11).
Dua tahun setelah kunjungan Obama, parlemen Myanmar masih didominasi oleh militer dan krisis hak asasi manusia yang dihadapi oleh umat Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine masih belum selesai.
Melihat hal tersebut, keinginan Myanmar untuk menjadi negara demokrasi masih jauh.
Konstitusi negara saat ini menyatakan 25 persen dari kursi parlemen dipegang oelh anggota militer dan mereka memiliki hak veto.
Sementara itu, ketika banyak pihak pro-demokrasi menginginkan Suu Kyi untuk menjadi presiden tahun depan, namun terganjal oleh aturan konstitusi yang melarang presiden memiliki suami atau anak dengan paspor asing.
Suami Suu Kyi yang meninggal pada 1999 silam merupakan warga negara Inggris.