USKUP PEREMPUAN

Gereja Inggris Setujui Wanita Jadi Uskup

CNN Indonesia
Selasa, 18 Nov 2014 22:33 WIB
Meskipun banyak pertentangan, Gereja Anglikan Inggris menyetujui rancangan undang-undang yang memperbolehkan perempuan untuk menjadi uskup.
Penetapan uskup perempuan rencananya akan disahkan sebelum Natal. Penetapan ini dipercepat bagi siapa saja yang memenuhi syarat untuk menjadi uskup gereja. (Ilustrasi/Reuters/Osservatore Romano)
London, CNN Indonesia -- Gereja Inggris secara resmi menyetujui rancangan undang-undang yang memperbolehkan perempuan untuk menjadi uskup.

Dalam pemungutan suara di Sinode Umum, badan konsultatif dan legislatif Gereja Inggris, kebijakan baru disepakati oleh hampir peserta yang hadir. Hanya sekitar 30 orang yang menentang rancangan undang-undang ini, dari 480 orang yang hadir.

Penetapan uskup perempuan rencananya akan disahkan sebelum Natal. Penetapan ini dipercepat bagi siapa saja yang memenuhi syarat untuk menjadi uskup gereja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Uskup Agung Canterbury, Justin Welby memperkirakan dalam sepuluh tahun ke depan sebagian Gereja Inggris akan memiliki uskup perempuan.

"Sepuluh hingga 15 tahun ke depan mungkin masuk akal. Ini bergantung ketika orang-orang pensiun," ujar Welby seusai pemungutan suara.

Oleh karenanya, kemungkinan besar sudah akan ada uskup perempuan di Gereja Inggris ketika Paskah tahun depan.

Welby mengatakan gereja telah berupaya untuk melatih para perempuan yang berpotensi menjadi uskup.

"Tujuannya agar mereka siap berada di kumpulan orang-orang di mana masalah gender tak jadi soal. Kami akan mempertimbangkan hal ini dengan sangat serius," ujar Welby.

Namun, Welby juga mengatakan bahwa gereja juga akan mempromosikan beberapa pria yang menentang pembaptisan perempuan untuk menjadi uskup.

Saat ini terdapat sembilan lowongan uskup di Gereja Inggris dan baik laki-laki maupun perempuan berkesempatan untuk menduduki posisi tinggi ini.

Berbagai reaksi

Beberapa pendukung yang setuju diperbolehkannya uskup perempuan di gereja merasa sedikit kecewa karena kurangnya upaya Rumah Gereja, kantor pusat Gereja Inggris, untuk segera memutuskan isu ini.

Salah satunya adalah Christina Rees. Ia telah berkampanye selama puluhan tahun untuk menyuarakan kesetaraan gender dalam keuskupan di Gereja Inggris.

"Kami telah melakukan hal yang luar biasa selama 40 tahun terakhir, sehingga kami akan menunjukkan suka cita," ujar Rees.

Sementara pendukung lainnya, Rev Rosalind Rutherford, 63 tahun, mengatakan, "saya telah menunggu hal ini sejak saya berusia sembilan tahun ketika saya melihat saudara laki-laki saya diperbolehkan bergabung dalam paduan suara gereja sementara saya tidak."

Di sisi lain, penetapan kebijakan ini membuat pihak oposisi merasa sedih.

Evangelis konservatif, Alison Wynne dan Susie Leafe yang berada di antara suara minoritas yang menentang hal ini mengatakan mereka akan menerima kehendak mayoritas.

"Kami tahu kami akan kalah ketika kami datang. Namun, di gereja saya ada sebuah mayoritas yang jelas menentang hal ini," ujar Wynne.

Leafe yang menolak prinsip bahwa perempuan dapat mengajarkan laki-laki ini mengatakan ia merasa kasihan terhadap setiap uskup perempuan.

"Saya tidak iri kepada para perempuan yang diberikan tugas yang mustahil ini. Saya hanya ingin tradisi teologi dihormati," ujar Leafe.

Kebijakan bahwa perempuan mungkin menjadi pendeta ditetapkan pada tahun 1992. Kebijakan ini membuat penetapan wanita sebagai uskup hanya masalah promosi saja.

Kebijakan ini membuat kesempatan wanita untuk menjadi uskup hanya masalah promosi. Namun, hingga saat ini, wanita hanya menempati sepertiga dari total kependetaan di gereja, meskipun banyak yang masih belum dibayar.

Penentang kebijakan yang dari Gereja Anglo-Katolik dikabarkan semakin putus asa setelah puluhan tahun berpindah ke Gereja Katolik Roma. Dalam lima tahun, sekitar 300 pendeta telah berpindah ke Gereja Katolik Roma dengan total jemaat mencapai 1.500 orang.

Setelah menandatangani undang-undang, Welby memperingatkan bahwa persekutuan Anglikan di seluruh dunia tengah dalam bahaya perpecahan. "Tanpa doa dan pertobatan, sulit untuk menyangkal perpecahan yang mungkin terjadi," katanya.

Welby juga menyatakan bahwa dia telah menulis surat kepada Perdana Menteri Inggris, David Cameron untuk dapat mensosialisasikan undang-undang ini kepada para uskup perempuan yang akan bergabung dengan House of Lords setelah mereka terpilih.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER