Beijing, CNN Indonesia -- Pihak berwenang Tiongkok di wilayah utara Mongolia menangkap 31 orang yang dicurigai melakukan perdagangan perempuan.
Mereka membawa 14 orang, 11 di antaranya dari Myanmar, kata media pemerintah, Senin (24/11).
Lima korban yang bukan warga Tiongkok dan berusia di bawah 18 tahun diserahkan ke polisi Myanmar setelah penyelidikan selama tiga bulan. Para wanita tersebut dijebak dan dijanjikan pekerjaan di bidang wisata, kata kantor berita Xinhua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para korban kemudian dijual seharga 50 ribu yuan atau lebih dari Rp 98 juta untuk menjadi istri orang di pedesaan Tiongkok.
Ketidakseimbangan gender Tiongkok adalah hasil dari kebijakan satu anak pemerintah. Masyarakat tradisional lebih memilih anak laki-laki sehinga banyak yang melakukan aborsi jika mendapat anak perempuan. Ini berujung pada surplus pria lajang di Tiongkok.
Sensus terakhir menunjukkan 118 laki-laki bayi lahir untuk setiap 100 wanita.
Pada September, media pemerintah melaporkan bahwa polisi Tiongkok akan menutup situs yang memungkinkan orang untuk bertemu "pengantin asing" di negara-negara Asia Tenggara, karena praktek itu mengarah pada perdagangan manusia dan prostitusi.
Tahun lalu, sebuah laporan Departemen Luar Negeri AS menunjukkan Rusia dan Tiongkok sebagai salah satu pelanggar terburuk di dunia dalam persoalan kerja paksa dan perdagangan seks.