ISU KESETARAAN GENDER

Erdogan: Perempuan dan Laki-laki Tak Bisa Setara

CNN Indonesia
Selasa, 25 Nov 2014 17:08 WIB
Presiden Turki Erdogan memberikan pernyataan bahwa kesetaraan gender antara laki-laki dan wanita melawan alam dan nilai-nilai keibuan.
Presiden Erdogan sering dianggap puritan karena ikut campur dalam persoalan pribadi perempuan. (Reuters/Brendan Smialowski)
Istanbul, CNN Indonesia -- Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan bahwa kesetaraan gender bertentangan dengan alam dan kaum feminis tidak mengakui nilai-nilai keibuan.

Erdogan yang dikenal konservatif menilai pembawaan perempuan yang “halus” membuat tidak mungkin untuk menempatkan mereka dalam posisi yang sama dengan laki-laki.

"Anda tidak bisa menempatkan seorang wanita untuk bekerja di semua lahan yang dilakukan oleh laki-laki, seperti yang mereka lakukan di rezim komunis di masa lalu," katanya dalam pertemuan Asosiasi Perempuan dan Demokrasi Turki di Istanbul pada Senin (24/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Anda tidak dapat menempatkan kapak dan sekop di tangan mereka dan menyuruh mereka bekerja. Bukan begitu caranya,” ujar Erdogan.

Dia mengatakan perempuan harus diperlakukan sama di mata hukum, tapi seharusnya melakukan peran yang berbeda dalam masyarakat.

Pandangan Erdogan seringkali mengundang kontroversi di negara sekuler yang sebagian besar penduduknya Muslim itu. Banyak yang menganggapnya puritan karena sering ikut campur dalam persoalan pribadi, merujuk pada nasehat-nasehatnya untuk perempuan terkait jumlah anak yang harus mereka miliki hingga pandangannya soal aborsi.

Namun retorikanya telah memenangkan dukungan di tanah Anatolia itu. Pada Agustus lalu, ia terpilih menjadi presiden setelah selama satu dekade lebih menjadi perdana menteri Turki.

"Agama kami memberi wanita sebuah peran. Apa peran ini? Peran sebagai ibu. Menjadi ibu adalah sesuatu yang berbeda dan menempati posisi paling tinggi,” katanya.

"Ada yang memahami hal ini, ada yang tidak. Anda tidak bisa mengatakan ini kepada feminis, karena mereka tidak menerima peran ibu. Mereka tidak memperhatikan hal-hal tersebut," Erdogan melanjutkan.

Para ekonom mengutip rendahnya jumlah perempuan dalam angkatan kerja sebagai hambatan bagi perkembangan Turki, sementara Uni Eropa -di mana Turki telah melakukan lobi untuk bergabung selama lebih dari satu dekade- telah mendesak negara itu untuk berbuat lebih banyak untuk meningkatkan kesetaraan gender.

"Kita tahu secara fisiologis wanita dan laki-laki tidak sama. Tapi kesetaraan adalah tentang memiliki hak yang sama, status yang sama dan kesempatan yang sama," kata Gonul Karahanoglu, presiden kelompok hak-hak perempuan KA.DER.

"Dia mendefinisikan wanita hanya sebagai ibu. Ini diskriminasi terhadap semua wanita yang tidak memiliki anak. Dia selalu mengatakan hal yang sama," kata Gonul.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER