Ferguson, CNN Indonesia -- Polisi pelaku penembakan yang menewaskan seorang pemuda kulit hitam di kota Ferguson akhirnya angkat bicara. Dia mengaku tidak menyesal melakukan hal tersebut karena telah sesuai prosedur dan untuk mempertahankan nyawanya yang terancam.
"Saya tidak merasa dihantui dengan peristiwa itu. Hal ini selalu terjadi. Alasan mengapa saya cukup tenang saat ini adalah karena saya tahu telah melakukan tugas saya dengan benar," kata Darren Wilson, polisi yang menembak Michael Brown, 18, di distrik St. Louis, Ferguson, dalam wawancara dengan ABC News, Selasa (25/11).
Dalam wawancara selama satu jam tersebut, Wilson menceritakan dengan gamblang yang terjadi pada 9 Agustus 2014 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wilson mengatakan saat itu dia hendak menangkap Brown yang sebelumnya mengutil cerutu di sebuah toko.
Kepada pembawa acara George Stephanopoulos, Wilson mengatakan melihat Brown di trotoar dan memintanya berhenti. Tiba-tiba Brown menghampiri mobil polisi dan mendorong pintunya saat Wilson berusaha keluar.
"Saat saya melihatnya, tinju langsung melayang. Dia yang pertama memukul bagian kiri wajah saya," kata Wilson.
Wilson tidak bisa memastikan berapa kali dia dihujani bogem mentah.
"Yang saya tahu hanyalah rentetan ayunan tinju dan penarikan selama sekitar 10 detik. Saya berusaha menggapai jendela dengan tangan kanan saya untuk memegang lengannya," kata Wilson.
Polisi berusia 28 tahun itu mengaku kewalahan menghadapi serangan Brown yang bertubuh bongsor itu. Tinggi tubuh Brown sama seperti Wilson, yaitu lebih dari 182 centimeter, namun pemuda 18 tahun itu berbobot lebih dari 136 kilogram.
"Saya merasakan kekuatan besar yang dia miliki. Jika bisa digambarkan, seperti bocah 5 tahun melawan Hulk Hogan. Seperti itu besarnya pria ini. Dia sangat besar dan kuat," kata Wilson.
Wilson mengaku tidak akan kuat menghadapi lebih banyak pukulan lagi dari Brown. Akhirnya dia mengancam akan menggunakan pistolnya jika Brown masih beringas.
Namun Brown malah meledeknya dan semakin menjadi. Wilson akhirnya memutuskan untuk menembak, namun pistolnya macet dua kali.
Brown semakin menjadi dan mencoba merebut pistol Wilson. Akhirnya pistol itu meletus juga.
"Saya memutuskan untuk menembak. Saya menembak beberapa kali dan berhenti. Saya sadar, setidaknya salah satu tembakan mengenai dia. Saya tidak tahu di mana. Saya lihat tubuhnya sedikit goyah," kata Wilson.
Polisi ini terpaksa menembak Brown di kepalanya saat sebelumnya pemuda itu sempat kabur dan berbalik lalu berupaya merobohkan Wilson.
Juri di pengadilan mengatakan Wilson menembakkan 12 peluru saat itu.
Kepada ABC, Wilson mengaku turut berbelangsukawa atas tewasnya Brown, tapi itu dilakukannya demi tugas dan telah sesuai dengan prosedur kepolisian.
Wilson baru saja menikah sebelum peristiwa itu terjadi.
"Kami hanya ingin hidup normal, cuma itu," kata dia.
Juri di pengadilan St. Louis memutuskan Wilson tidak bisa didakwa karena berdasarkan saksi dan bukti dia hanya melakukan pembelaan. Tidak ada bukti kuat yang menunjukkan Brown sempat angkat tangan dan menyerah, seperti yang disampaikan beberapa saksi.
Peristiwa ini memicu demonstrasi yang berakhir ricuh di Ferguson, beberapa hari setelah peristiwa itu dan di malam setelah juri mengambil keputusan. (Baca:
Kerusuhan di Ferguson, Seorang Polisi Tertembak)
Kasus ini menimbulkan dugaan rasisme yang dilakukan polisi AS. (Baca:
Warga Kulit Hitam 21 Kali Lebih Berisiko Ditembak Polisi)
Namun Wilson menegaskan bahwa tindakan itu akan tetap dilakukannya, kendati Brown adalah warga kulit putih.
Wilson saat ini dibebastugaskan menyusul peristiwa tersebut. Belum ada keputusan mengenai nasibnya di kepolisian.
Sumber CNN mengatakan, Wilson kemungkinan akan mengundurkan diri untuk meredam kemarahan warga dan melindungi koleganya di kepolisian.
Kementerian Kehakiman AS kini juga tengah menyelidiki apakah Wilson melanggar hak-hak sipil Brown. Presiden Barack Obama dalam pidatonya menghimbau warga untuk berkepala dingin dan menghindari kerusuhan. (Baca:
Obama Akui Polisi dan Warga Kulit Hitam Tidak Akur)
Sumber:
CNN