Kiev, CNN Indonesia -- Setiap hari, Yevgenia bangun sebelum fajar untuk melakukan perjalanan ke pinggiran Kiev, ibu kota Ukraina, untuk menjual lima botol susu segar dari sapi di desanya dengan harga sekitar Rp8 ribu per liter.
Dengan sepertiga uang pensiunnya harus digunakan untuk membayar tagihan gas, keluarganya tidak akan bisa memenuhi kebutuhan jika tidak menanam sendiri tumbuhan untuk kebutuhan makanan mereka di pot-pot kecil.
"Dengan sapi kami, ayam dan kebun, kami akan bisa melewati musim dingin," kata pensiunan apoteker berusia 75 tahun yang terbungkung selendang wol untuk menahan udara dingin. "Anda harus melihat berapa banyak botol acar yang saya miliki tahun ini."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menganggap dirinya beruntung: “Bagaimana dengan orang-orang tua dan keluarga miskin di kota yang tidak bisa menanam makanan mereka sendiri?”
Setelah satu tahun pergolakan politik dan perang di wilayah timur, Ukraina menghadapi musim dingin dalam kemiskinan, dengan harga meningkat tajam, nilai mata uang runtuh dan negara hampir bangkrut karena ketergantungan pada bantuan asing.
Inflasi melonjak hingga 25 persen tahun ini dan mata uang hryvnia telah jatuh hingga 40 persen terhadap dolar.
Kesepakaan soal gas alam yang tertunda lama dengan Rusia, yang Ukraina anggap mencuri wilayah dan mempersenjatai kelompok separatis, sempat menciptakan kekhawatiran Ukraina akan melewati musim dingin tanpa gas. (baca:
Rusia Minta Ukraina Bayar Utang Pasokan Gas)
Namun Kiev akhirnya mendapat bantuan dari lembaga internasional dalam kesepakatan soal harga gas dari Rusia, meski tetap harus memotong jatah subsidi agar bisa memenuhi kebutuhan gas. (baca:
Rusia Kembali Alirkan Gas ke Ukraina)
Kiev juga sudah menaikkan harga gas untuk konsumen sebesar 50 persen pada Juni lalu, tapi anjloknya harga mata uang hryvnia membuat kondisi keuangan pemerintah Ukraina kembali terpuruk.
Daya beli menurunRakyat biasa dengan upah dan pensiun yang meningkat jauh lebih lambat dibandingkan harga barang berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan.
Perdagangan turun sebanyak 6,8 persen dari Januari hingga Oktober, karena masyarakat kehilangan daya beli mereka.
"Jika kita menaikkan harga, kita tidak akan bertahan karena orang tidak akan mampu membeli produk kami," kata Tatiana Abramova, pemilik Rito Fashion House yang menjual pakaian wanita, yang mempekerjakan sekitar 100 orang.
Yevgenia, mengatakan tak ada orang di desanya yang akan mampu membeli gas jika harga naik lagi.
“Hanya susu yang bisa saya jual ke pasar,” katanya. “Mereka mengatakan musim dingin akan sangat dingin tahun ini, saya kira kami hanya bisa berusaha menghangatkan diri.”