Washington, CNN Indonesia -- Amerika Serikat mengisyaratkan bahwa Iran telah melakukan serangan udara ke sasaran ISIS di Irak dalam beberapa hari belakangan ini.
Namun, seorang pejabat senior Iran membantah pernyataan tersebut.
Pejabat Amerika Serikat yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan negaranya memiliki indikasi bahwa Iran melakukan serangan udara dengan mempergunakan jet F-4 Phantom dalam beberapa hari belakangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Juru Bicara Pentagon Admiral John Kirby mengatakan kepada wartawan pada Selasa 92/12) bahwa Amerika Serikat tidak mengkoordinasikan kegiatan militernya dengan Iran dan menegaskan Irak lah yang berhak mengatur wilayah udaranya.
"Ini adalah wilayah udara Irak. Kami tidak mengkoordinasikan atau tidak melakukan dekonflik dengan militer Iran," kata Kirby.
Dekonflik adalah istilah militer yang berarti menghindari tumpang tindih.
Prospek militer AS dan Iran melakukan serangan udara terpisah di satu negara menimbulkan pertanyaan mengenai tingkat kerjasama yang mungin diperlukah, tidak secara langsung sekalipun, untuk menghindari insiden yang tidak diinginkan.
Seorang pejabat senior Iran mengatakan tidak ada serangan yang dilakukan dan Tehran tidak berniat bekerja sama dengan Washington.
"Iran tidak pernah terlibat dalam serangan udara terhadap Daesh (ISIS) di Irak. Kerjasama dalam serangan udara semacam itu dengan Amerika tidak mungkin dilakukan oleh Iran," ujar pejabat Iran yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi yang berada di Brussels untuk menghadiri pertemuan dengan koalisi melawan ISIS pimpinan AS mengatakan tidak memiliki informasi mengenai serangan udara semacam itu.
Meski Iran dan AS terus bersebrangan selama beberapa dekade, kedua negara ini memiliki musuh bersama yaitu ISIS yang merupakan kelompok Sunni Islam garis keras yang berhasil merebut sejumlah besar wilayah di Irak utara.
Para pejabat Irak pun mengatakan tidak ada tentara Iran di wilayahnya.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan koalisi pimpinan AS berhasil mengurangi kemampuan ISIS dalam skala besar melalui 1.000 serangan udara di Irak dan Suriah, meski pertempuran melawan kelompok militan ini bisa berjalan selama beberapa tahun.