Male, CNN Indonesia -- Maladewa yang terkenal akan keindahan wisata pantai dan lautnya, telah mengumumkan negara berada dalam kondisi krisis karena kekurangan air minum setelah kebakaran melanda satu-satunya pengolahan air di negara itu.
Sekitar 100 ribu orang di ibukota Male, kini menderita tanpa air yang aman untuk diminum dari keran, menurut Mohamed Shareef, seorang pejabat pemerintah.
"Kami telah mengumumkan keadaan krisis dan juga memberitahu para pemilik toko untuk memberikan air botol secara gratis," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Shareef mengatakan akan makan waktu beberapa hari untuk sepenuhnya mengembalikan sistem air ke kondisi semula.
Maladewa telah meminta bantuan dari India, Sri Lanka, Amerika Serikat dan Tiongkok.
Sebuah kapal angkatan laut India telah tiba dengan botol air pada Jumat (5/12), kata dia, dan lebih banyak lagi akan tiba dari Tiongkok pada Sabtu (6/12).
Sebuah kapal Tiongkok yang lain juga akan datang dengan bantuan teknis pada Minggu (7/12), kata Shareef.
India juga mengirim lima pesawat dengan air dan dua kapal dengan bagian-bagian yang dapat membantu memperbaiki mesin di pabrik pengolahan air, menurut Syed Akbaruddin, seorang juru bicara kementerian luar negeri India. Pesawat pertama dengan air tiba pada Jumat sore.
"Tadi malam, menteri luar negeri Maladewa menghubungi kami mengatakan mereka menghadapi keadaan darurat," kata Akbaruddin. "Selama tujuh sampai delapan hari berikutnya mereka akan menghadapi kesulitan ekstrim dengan air sehingga mereka meminta semua bantuan."
Bulan Sabit Merah Maladewa telah menyebarkan 24 staf dan 60 relawan untuk mendistribusikan air.
Maladewa bergantung pada industri pariwisata, yang menurut Bank Dunia menyumbang 30 persen dari produk domestik bruto negara itu.
Maladewa, yang terdiri dari 1.190 pulau karang, dikunjungi oleh lebih dari 750 ribu wisatawan setiap tahun. Negara ini memiliki populasi sekitar 400 ribu orang, yang mayoritas beragama Islam.