Islamabad, CNN Indonesia -- Sebanyak 132 siswa korban pembantaian kelompok militan Taliban di Peshawar, Pakistan, dimakamkan hari ini. Suasana duka bercampur dengan kemarahan sanak keluarga menyelimuti upacara pemakaman massal, Rabu (17/12).
Warga dari seluruh penjuru Pakistan berkumpul dan menyalakan lilin di sejumlah tempat peringatan duka, ketika para orangtua mengucapkan perpisahan terakhir kepada anak-anak mereka dalam pemakaman massal di sekitar Peshawar.
Fatimah Khan, warga Pakistan berusia 38 tahun yang turut menghadiri peringatan duka di ibu kota Islamabad menyatakan sangat terpukul dengan kekejaman Taliban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tak ada kata yang dapat menggambarkan rasa sakit dan kemarahan saya. Mereka membantai anak-anak seperti binatang," kata Fatimah.
Sementara Naba Mehdi, 16 tahun, seorang siswi Sekolah Angkatan Darat di kota Rawalpindi yang dekat dengan Peshawar menyatakan dia punya pesan khusus untuk Taliban.
"Kami tidak takut kepadamu. Kami akan terus belajar dan berjuang demi kebebasan. Ini adalah perang kita," kata Naba.
Ketika ditanya apa yang harus dilakukan pemerintah Pakistan terhadap kelompok Taliban, ibunya Naba menyela, dan menyatakan, "Gantung mereka. Gantung mereka semua tanpa ampun."
 Para orangtua mengucapkan perpisahan terakhir kepada anak-anak mereka dalam pemakaman massal di sekitar Peshawar, Pakistan. (Reuters/Fayaz Aziz) |
Potongan tubuh di gedung sekolah yang hancurSehari setelah tragedi tersebut, gedung Sekolah Negeri Angkatan Darat di Peshawar terlihat hampir rata dengan tanah.
Seperti dilaporkan Reuters yang mendatangi lokasi kejadian, lantai koridor sekolah licin dengan darah, sementara bekas rentetan peluru tergambar jelas di dinding ruang kelas. Kursi, meja, dan sejumlah telepon genggam hancur berserakan.
Satu dinding runtuh akibat aksi bom bunuh diri yang dilakukan salah satu anggota militan Taliban ketika menyandera siswa. Potongan tubuhnya dikumpulkan dan ditutup selembar kain putih. Bau bahan peledak terasa menyengat hidung.
Sejumlah penembak jitu dan personel militer dengan masker wajah terlihat lalu lalang di sekitar gedung.
Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif menyatakan negaranya mengadakan peringatan berkabung selama tiga hari.
Sharif juga menyatakan akan kembali menerapkan hukuman mati.
Baca juga:
Usai Penyerangan, Pakistan Terapkan Lagi Hukuman MatiSerangan militan Taliban ke jantung militer di Peshawar telah menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Pakistan untuk berupaya lebih kuat dalam mengatasi gelombang pemberontakan dari kelompok militan.
Pemerintah Pakistan telah lama dituduh tidak cukup keras dalam menghentikan gerakan ekstremis yang merajalela di negeri itu.
Pengamat menilai Pakistan telah menjadi rumah yang aman bagi al-Qaidah dan kelompok militan lainnya.
Namun, militer Pakistan membantah tuduhan tersebut.
"Masyarakat harus berhenti saling tuduh. Mari hadapi ini sebagai tragedi nasional," kata Herry Rehman, mantan duta besar Pakistan untuk Amerika Serikat, dan politikus oposisi.
Serangan kelompok militan telah menjadi pemandangan biasa setiap hari di Pakistan. Namun, serangan Taliban ke Sekolah Negeri Angkatan Darat di Peshawar yang menewaskan 132 siswa merupakan serangan yang mengguncang seluruh negeri.
Hingga berita ini ditulis, militer Pakistan mengkonfirmasi total korban tewas mencapai 148 orang, sementara ratusan lainnya terluka.