Kuala Lumpur, CNN Indonesia -- Warga Malaysia yang ingin bergabung dengan kelompok ISIS melakukan berbagai cara untuk bisa berangkat ke Suriah atau Irak. Salah satunya adalah dengan menjual barang-barang mereka, atau bahkan yang sedang tren saat ini: meminjam uang di bank.
Menurut sumber kepolisian yang dikutip situs New Strait Times, Minggu (21/12), banyak warga Malaysia yang ingin bergabung dengan ISIS meminjam uang di bank, namun tidak berniat untuk mengembalikannya karena dia kemungkinan akan terbunuh dalam peperangan atau dipenjara sekembalinya ke tanah air.
Polisi Malaysia yang tidak ingin disebut namanya mengatakan, praktik ini telah berlangsung beberapa lama di Malaysia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang wanita beberapa waktu lalu ditahan polisi karena ingin meninggalkan Malaysia menuju Suriah dan Irak setelah meminjam uang di bank sebesar RM100 ribu atau lebih dari Rp350 juta.
Rabu lalu, pria mantan pelatih Tentara Nasional Malaysia berusia 30 tahun ditahan di Bandara Internasional Kuala Lumpur setelah meminjam RM20 ribu atau Rp71 juta untuk bergabung dengan ISIS.
"Beberapa dari mereka berpikir, jika kembali ke Malaysia mereka akan ditahan dan membayar utang tidak akan menjadi masalah lagi bagi mereka," kata seorang sumber kepolisian.
Datuk Ayob Khan Mydin Pitchay, asisten direktur badan pemberantasan terorisme Malaysia, mengatakan bahwa mencari uang dengan metode ini sangat populer di negara itu.
"Tren meminjam uang melalui bank tengah naik daun. Termasuk para peminjam adalah para militan muda, terutama mereka yang berusia sekitar 20an. Mereka yang memiliki tingkat kredit rendah akan meminjam serendah-rendahnya RM5.000 (Rp17,8 juta)," kata Pitchay.
Mereka yang akan bergabung dengan ISIS, lanjut Pitchay, harus memiliki senjata sendiri. Dengan hanya sekitar US$570 (Rp7 juta), para simpatisan ISIS bisa membeli senapan AK47. Mereka juga akan mendapatkan uang gaji setiap bulannya yang diberikan oleh ISIS.
Diperkirakan ada sekitar 20-30 warga Malaysia yang bergabung dengan ISIS. Namun jumlahnya di Suriah dan Irak diduga lebih banyak dari perkiraan polisi tersebut.
Sumber kepolisian juga mengatakan saat badan pemberantasan korupsi Malaysia tengah mengawasi sekolah-sekolah agama dan panti asuhan, yang kerap mengumpulkan dana untuk ISIS.