Islamabad, CNN Indonesia -- Pakistan menggantung empat militan lagi pada Minggu (21/12), setelah moratorium soal hukuman mati dicabut menyusul pembantaian Taliban yang menewaskan sedikitnya 145 orang, 132 diantaranya anak-anak di Pakistan minggu lalu.
Tak satupun dari para militan yang digantung terkait dengan peristiwa pembantaian di sekolah Peshawar, sehingga beberapa komentator menganggap eksekusi itu hanya dilakukan pemerintah untuk mengalihkan perhatian publik dari kekegagalan pemerintah menemukan pembunuh sebenarnya.
Empat tahanan itu dieksekusi di penjara Faisalabad yang dijaga ketat atas peran mereka dalam menyerang mantan presiden Pakistan Pervez Musharraf, kata seorang pejabat senior pemerintah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua orang lainnya telah digantung di penjara yang sama pada hari Jumat (19/12).
Sebuah sumber lokal di pemerintah Punjab mengidentifikasi empat orang itu sebagai Rasheed Qureshi, Zubair Ahmad, Ghulam Sarwar dan Akhlaque Ahmed, yang juga dikenal sebagai Russi, yang mengaku dirika sebagai orang Rusia.
Pakistan adalah rumah bagi berbagai kelompok militan, banyak dari mereka terkait dengan al Qaeda, yang berbasis di daerah suku-suku tak berhukum di wilayah perbatasan dengan Afghanistan.
Bukan hanya militan Pakistan yang diketahui berada di sana, namun juga banyak orang asing yang berasal dari Arab, Uzbek, Chechnya dan Uighur.
Sumber-sumber resmi mengatakan lebih banyak narapidana akan dieksekusi dalam beberapa hari mendatang, beberapa dari mereka akan dieksekusi di kota Lahore, basis kekuatan Perdana Menteri Nawaz Sharif.
Sementara itu, Taliban telah mengeluarkan pernyataan mengancam untuk melancarkan lebih banyak serangan di wilayah Pakistan sebagai pembalasan atas eksekusi dari setiap anggota mereka.
Keamanan telah diperketat di sekitar penjara utama, yang mencerminkan kekhawatiran bahwa militan, yang berjuang untuk menggulingkan pemerintah dan mendirikan negara sendiri, kemungkinan akan mencoba untuk menyerang penjara dan membebaskan narapidana.
Kelompok-kelompok HAM percaya Pakistan memiliki sekitar 8.000 narapidana hukuman mati, lebih dari 500 dari mereka ditahan atas terorisme.
Menteri Dalam Negeri Pakistan, Chaudhry Nisar Ali Khan mengatakan kepada wartawan bahwa polisi telah menangkap sejumlah tersangka sehubungan dengan serangan sekolah, tapi tidak memberikan rincian.
Kantor HAM PBB mengimbau Pakistan pada hari Jumat (19/12) untuk menahan diri dalam melanjutkan eksekusi.
Phelim Kine, wakil direktur Human Rights Watch Asia yang berbasis di AS, mengatakan pada Minggu (21/12), pemerintah telah Pakistan ”memilih untuk menikmati dendam haus darah bukannya mencari dan mengadili mereka yang bertanggung jawab”.