Islamabad, CNN Indonesia -- Pakistan mengeksekusi dua militan terkemuka pada hari Jumat (19/12) setelah tragedi penyanderaan di Sekolah Negeri Angkatan Darat milik militer di Peshawar, yang menewaskan lebih dari 130 anak dan staf sekolah awal pekan ini.
Kedua militan yang menjalani eksekusi mati teridentifikasi bernama Mohammed Aqil dan Arshad Mehmood. Kedua nama militan adalah yang pertama muncul ketika Pakistan memutuskan menerapkan lagi hukuman mati.
Militan yang digantung diduga mempunyai koneksi dengan serangan Taliban di kota Peshawar pada Selasa (16/12) lalu. Eksekusi mati mereka datang pada saat masyarakat Pakistan tengah mendesak pemerintah dan militer negara itu untuk bersikap lebih tegas terhadap serangan militan yang semakin menjadi-jadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengumuman hukuman mati bagi Aqil dan Mehmood datang hanya beberapa jam setelah Kantor HAM PBB mengimbau Pakistan untuk menahan diri dan tidak melanjutkan eksekusi.
PBB menyatakan bahwa hukuman mati bagi para militan bukan cara yang tepat untuk menghentikan terorisme dan memberi kemungkinan meluasnya siklus balas dendam.
"Aqil alias Usman dan Arshad digantung di Penjara Faislabad pada pukul 9:00 malam," kata seorang sumber di pemerintah daerah di provinsi Punjab kepada Reuters, Kamis (19/12).
Aqil, yang juga dikenal sebagai Dr.Usman, telah di penjara karena memimpin serangan terhadap markas tentara Pakistan pada tahun 2009, yang mengakibatkan 20 orang tewas.
Aqil juga merupakan anggota dari kelompok radikal Lashkar-e-Jhangvi.
Sementara Mehmood ditangkap karena mencoba membunuh mantan presiden Pakistan, Pervez Musharraf.
Empat militan lainnya, yang saat ini masih mendekam dalam penjara di kota Lahore, juga diharapkan akan dieksekusi dalam beberapa hari mendatang.
Pemerintah Pakistan memutuskan mencabut hukuman mati bagi para pelaku kejahatan melalui moratorium tak resmi pada tahun 2008.
Sejak itu, hanya satu orang dijatuhi hukuman mati, yaitu seorang tentara yang membunuh rekan militernya.
Namun, serangan di Peshawar yang menunjukkan keganasan Taliban membuat pemerintah Pakistan bertindak tegas dan mengaktifkan kembali peraturan hukuman mati.
Juru bicara Taliban, Muhammad Umar Khorasani, mengaku kelompoknya bertanggung jawab atas penyanderaan ini.
Khorasani mengatakan serangan Taliban ke jantung militer Pakistan ini merupakan aksi balasan atas operasi militer pemerintah terhadap para gerilyawan di penjuru Pakistan.
Pada Rabu (17/12), Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif mengatakan eksekusi hukuman mati akan kembali dilanjutkan, dengan sekitar 8.000 tahanan menunggu eksekusi hukuman mati.