Kaluga, CNN Indonesia -- Pemerintah di Kaluga, daerah Rusia Tengah melarang penggunaan kata 'krisis' dalam pidato publik guna membantu menarik para investor, seperti dilaporkan RT, Selasa (16/12).
"Ada kemungkinan bahwa krisis itu ada, namun kami melarang penggunaan kata ini," ujar Gubernur Kaluga, Anatoly Artamonov, seperti dikutip radio Russian News Service pada Selasa (16/12).
Artamonov menambahkan bahwa pemerintah daerah Kaluga tidak berencana merespon kebijakan yang saat ini dirasa 'kurang nyaman', tetapi lebih memilih untuk menggelar audit internal kebijakan investasi dan peraturan perundang-undangan untuk menciptakan lingkungan bisnis yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daerah ini telah memiliki berbagai manfaat dalam bisnis kecil dan menengah, seperti 'taman industri' khusus, sebuah tempat yang disiapkan untuk fasilitas rumah produksi dan kantor.
Artamonov menegaskan bahwa langkah-langkah ini diyakini dapat menarik para investor untuk datang berinvestasi.
Keputusan ini datang ketika nilai mata uang Rusia, rubel, anjlok dan berada pada titik terburuk dalam sejarah. Nilai rubel terjun lebih dari 20 persen hanya dalam waktu satu hari dan ini menjadi rekor terendah terhadap dolar AS dan euro.
Kepala Bank Sentral Rusia, Elvira Nabiullina menyalahkan situasi spekulasi pasar dan melihat bahwa devaluasi dari mata uang nasional menghentikan aktifitas mereka.
"Kami harus belajar untuk hidup di dunia nyata, untuk lebih fokus pada sumber daya kami untuk proyek finansial dan memberikan impor pengganti sebuah kesempatan," ujar Nabiullina.
Rubel telah menurun sekitar 45 persen terhadap dolar tahun ini.
Presiden Vladimir Putin telah menolak untuk menyebutnya krisis dan mengatakan mata uang Rusia pada akhirnya nanti akan bangkit kembali.