PENGHINAAN AGAMA

Menghina Buddha, Pria Selandia Baru Mengaku Tak Bersalah

CNN Indonesia
Jumat, 26 Des 2014 16:38 WIB
Dituduh menghina Buddha, seorang pria Selandia Baru yang memiliki bar di Yangon, Myanmar, mengaku tak bersalah dan tak berniat menyinggung.
Ashin Wirathu adalah seorang biksu Buddha Myanmar yang beraliran radikal. Reformasi yang dilakukan oleh pemerintah militer Myanmar pada 2011, telah dibarengi dengan melonjaknya gerakan nasionalis Buddha. (Reuters/Dinuka Liyanawatte)
Yangon, CNN Indonesia -- Seorang manajer bar berkebangsaan Selandia Baru mengaku tidak bersalah di pengadilan Myanmar pada Jumat (26/12) atas tuduhan menghina agama setelah menerbitkan gambar psychedelic Buddha memakai headphone sebagai bagian dari promosi barnya di Yangon.

Kasus ini terjadi di tengah lonjakan nasionalisme Buddha di Myanmar—yang muncul mulai 2011 setelah militer berkuasa selama setengah abad—dengan biarawan membentuk kelompok yang bertujuan untuk mempromosikan karakter Buddha bagi negara Myanmar.

Phil Blackwood, warga Selandia Baru, didakwa awal bulan ini bersama dua orang lokal, atas penerbitan poster yang mempromosikan minuman murah di barnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika terbukti bersalah, mereka akan menghadapi empat tahun hukuman penjara.

Blackwood mengatakan kepada pengadilan ia telah menyingkirkan gambar itu dari halaman Facebook barnya dan mem-posting permintaan maaf setelah ia menyadari bahwa gambar itu menyebar secara luas dan memicu kemarahan publik.

"Saya percaya hukum mengatakan tindakan tersebut harus disengaja, kejahatan dengan maksud untuk menyinggung," kata Blackwood. "Saya telah mengatakan beberapa kali, tidak berniat untuk itu."

Pengacara Blackwood, Mya Thway, mengatakan ia telah menerima pesan anonim di Facebook yang mengancam akan memotong dan mencabiknya serta membakarnya karena dia menangani kasus ini.

Dalam kasus serupa, seorang mantan pejabat penting dari partai oposisi utama ditahan awal bulan ini setelah pidato yang dimaksudkan untuk mencegah interpretasi ekstremis agama Buddha.

Pemerintah semi-sipil Myanmar telah mengangkat pembatasan kebebasan berbicara, berserikat dan media, tetapi reformasi pada 2011 lalu telah disertai dengan peningkatan nasionalisme Buddha.

Sasaran utama dari gerakan nasionalis Buddha adalah warga Muslim di negara itu, yang merupakan 5 persen dari 53 juta penduduknya.

Kekerasan sektarian sejak Juni 2012 telah menewaskan sedikitnya 240 orang, sebagian besar umat Islam.

Parlemen telah bersiap untuk menggodok beberapa paket hukum, termasuk peraturan tentang konversi agama dan perkawinan antar agama, yang awalnya diusulkan oleh Komite untuk Melindungi Ras dan Agama, salah satu kelompok nasionalis utama Buddha.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER