Jakarta, CNN Indonesia -- Usai penembakan yang disebut paling mematikan di Perancis dalam sepuluh tahun terakhir di kantor majalah Charlie Hebdo, puluhan ribu orang turun ke jalan di Paris dan kota-kota lain di Perancis sebagai aksi solidaritas.
Termasuk dalam korban tewas adalah pendiri majalah, Jean "Cabu" Cabut and pemimpin redaksi Stephane "Charb" Charbonnier.
Dilaporkan Reuters, beberapa warga Paris mengekspresikan ketakutan mereka akan efek yang akan ditimbulkan setelah penembakan brutal di Perancis, yang menjadi populasi terbesar umat Muslim di Eropa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Ini buruk untuk semua orang—terutama untuk umat Muslim meski Islam adalah agama yang baik. Peristiwa ini berisiko membuat keadaan yang sudah buruh menjadi lebih parah,” kata Cecile Electon, seorang seniman yang mengaku atheis, kepada Reuters.
Sekitar 35 ribu orang terlihat tutuh di jalan-jalan Paris pada Rabu (7/1) malam.
Dalil Boubaker, kepala Dewan Muslim Perancis (CFCM), mengutuk serangan itu, menyebutnya “aksi yang sangat barbar yang juga menentang demokrasi dan kebebasan pers” dan mengatakan pelku penyerangan tidak boleh menyebut diri mereka sebagai Muslim.
Aksi solidaritas global Warga Kanada berkumpul di depan Balai Kota Montreal dalam aski solidaritas untuk Charlie Hebdo. (Reuters/Christinne Muschi) |
Tak hanya di Perancis, aksi solidaritas terhadap peristiwa penembakan Charlie Hebdo, juga terjadi di berbagai negara di seluruh dunia.
Di Washington, orang-orang meletakkan bunga dan poster-poster dengan tulisan “Kami semua Charlie Hebdo” diletakkan di depan kantor Kedutaan Besar Perancis di Washington.
Ribuan orang terlihat memenuhi jalan-jalan di Manhattan, New York, dalam aksi solidaritas untuk Charlie Hebdo.
Di Kanada, protes damai serupa dilaporkan terjadi di Montreal, Quebec. Di Brasil, ratusan orang berkumpul di Sao Paolo.
Respon pemimpin duniaPemerintah Indonesia, melalui pernyataan dari Kementerian Luar Negeri pada Rabu (7/1) mengutuk serangan itu dan mengatakan “tindakan kekerasan apapun tidak dapat dibenarkan”.
Presiden AS Barack Obama mengutuk keras serangan yang ia sebut “pengecut, jahat”.
"Fakta bahwa ini adalah serangan terhadap wartawan, serangan terhadap kebebasan pers kita, juga menggarisbawahi sejauh mana teroris takut akan kebebasan berbicara dan kebebasan pers," kata Obama.
Kanselir Jerman Angela Merkel, mengatakan “Jerman berdiri bersama Perancis di waktu-waktu yang sulit ini.”
David Cameron, juga mengutuk aksi yang ia sebut “memuakkan”.