PENEMBAKAN PERANCIS

Charb, Pemred Majalah Kontroversial Charlie Hebdo

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Kamis, 08 Jan 2015 12:57 WIB
Stephane Charbonnier, pemimpin redaksi majalah Charlie Hebdo, adalah salah satu korban tewas dalam serangan di kantor majalah itu.
Stephane Charbonnier merupakan kartunis Perancis yang tidak asing dengan kontroversi, karena karya yang dia tampilkan kerap berbau satir yang menyinggung berbagai agama. (Reuters/Jacky Naegelen)
Paris, CNN Indonesia -- Pemimpin redaksi majalah Charlie Hebdo, Stephane Charbonnier, 47 tahun, merupakan salah satu korban tewas dari serangan penembakan di kantor media tersebut pada Rabu (7/1). Bersama 11 korban lainnya, pria yang akrab dipanggil Charb ini merupakan seorang kartunis ternama yang kerap menjadi target serangan kelompok ekstremis.

Charbonnier, yang sering dipanggil Charb, merupakan kartunis Perancis yang tidak asing dengan kontroversi, karena karya yang dia tampilkan kerap berbau satir yang menyinggung berbagai agama. Namun, karyanya yang membuat namanya terkenal di masyarakat dunia adalah yang menyinggung agama Islam.

Seperti dilaporkan media Inggris, Sky News, Charb menjabat sebagai pemimpin redaksi Majalah Charlie Hebdo pada tahun 2009. Beberapa tahun berselang, dibawah kepemimpinannya, Charlie Hebdo menerbitkan majalah dengan sampul bergambar kartun Nabi Muhammad yang mengenakan sorban dengan satu lingkaran berisi tulisan “100 cambukan jika kalian tidak mati karena ketawa.”

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akibat sampul kontroversial tersebut, kantor Charlie Hebdo sempat dilempari bom molotov pada November 2011.

Namun Majalah Charlie Hebdo tidak berhenti menerbitkan karya kontroversial. Pada September 2012, meski terjadi kemarahan global atas film anti-Islam berjudul “Innocence of Muslims,” majalah ini menerbitkan edisi yang menampilkan kartun Nabi Muhammad telanjang dan gambar sampul dimana Nabi Muhammad naik kursi roda yang didorong oleh seorang Yahudi Ortodoks.

Sampul tersebut menuai kecaman dari masyarakat internasional. Pada Maret 2013, majalah yang mendukung gerakan Al-Qaidah, Inspire, menerbitkan poster dengan foto Charbonnier bertuliskan "Dicari: Hidup maupun Mati".

Menanggapi kecaman tersebut, para pejabat Perancis dan Amerika Serikat mengemukakan kekesalan dengan keputusan diterbitkan kartun-kartun tersebut dan kedutaan serta sekolah Perancis sekitar 20 negara pun ditutup sementara.

Namun, Charbonnier tetap tidak memberikan indikasi untuk mengubah arah pemberitaan majalah Charlie Hebdo.

"Kami melakukan provokasi dan itu sudah berlangsung selama 20 tahun. Namun, kartun provokasi kami hanya bermasalah ketika menyinggung tentang Islam," kata Charbonnier kepada stasiun televisi Perancis, BFMTV, pada tahun 2012, seperti ditulis CNN, Kamis (8/1).

Seperti dilaporkan CNN, sebelum serangan penembakan, Majalah Charlie Hebdo edisi terbaru bersampulkan karya karikatur Perancis kontroversial Michel Houellebecq.

Sampul tersebut menggambarkan seorang dengan topi penyihir, tengah merokok dan mengatakan, "Pada tahun 2022, saya akan ikut (puasa) Ramadhan".

"Ini mungkin terdengar sombong, tapi aku lebih suka mati dengan berdiri daripada hidup namun harus berlutut," kata Charbonnier kepada koran Perancis, Le Monde, pada tahun 2013.

Kematian Charbonnier dan beberapa kartunis dalam serangan penembakan di kantor Charlie Hebdo mendorong gelombang dukungan untuk publikasi di Perancis dan di seluruh dunia.

Di media sosial Twitter, muncul gerakan dengan cuit "Je suis Charlie", yang berarti "Saya Charlie".

Hingga saat ini, Perancis merupakan negara Eropa dengan populasi penduduk Islam terbesar, yaitu sebesar 4,7 juta penduduk.

(sumber: CNN) (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER